Korban Intimidasi, Dr Fiera Pindah ke Jawa

Yose Hendra
27/5/2017 20:43
Korban Intimidasi, Dr Fiera Pindah ke Jawa
(Ilustrasi---AP Photo/Paul Sakuma)

GARA-gara postingan status di Facebook, dr Fiera Lovita warga Solok diteror dan diintimidasi oleh ormas yang mengaku dari Front Pembela Islam (FPI). Status yang diunggah di media sosial konon dianggap menyinggung Ketua FPI Rizieq Shihab.

Fiera pun mengaku tidak nyaman dan rasa keamanannya terganggu. Ibu dua anak asli Bukitinggi dan bekerja di RSUD Solok ini menjelaskan mengunggah status pada periode 19-21 Mei 2017. "Saya membuat status di akun Facebook pribadi saya. Status-status saya ini disikapi oleh personal dan kelompok tertentu," ungkap Fiera saat mengadu kepada LBH Pers Padang, dua hari lalu.

Dalam statusnya, Fiera menulis, "Kalau tidak salah, kenapa kabur? Toh ada 300-an pengacara dan 7 juta umat yang siap mendampingimu, jgn run away lg dunk bib."

Kemudian Fiera menuliskan lagi, "Kadang fanatisme sudah membuat akal sehat n logika tdk berfungsi lagi, udah zinah, kabur lg, masih dipuja &dibela."

Postingan ketiga berbunyi, " masih ada yang berkoar2 klo ulama mesumnya kena fitnah, loh...dianya kabur, mo ditabayyun polisi beserta barbuk ajah ga berani."

Tulisan Fiera ini menjadi viral dan dampaknya ia diancam, diteror dengan bahasa tidak pantas, bahkan mengerikan. "Intinya saya tidak aman di sini," ujar Fiera saat bertemu dengan Direktur LBH Pers Padang, Roni Saputra.

Saat ditemui wartawan kemarin, Roni membenarkan bahwa Fiera mengadu ke LBH Pers Padang. "Cerita dokter Fiera yang viral persis atau sekitar 85% sama dengan yang dia ceritakan ke saya," ujar Roni, Sabtu (27/5).

Roni menganggap apa yang diunggah oleh dokter tersebut tidak ada kesalahan, tidak melanggar etika, apalagi melanggar aturan hukum. "Kita menyayangkan yang melakukan serangan pribadi terhadap yang bersangkutan, yang berujung ada intimidasi dan ancaman. Sehingga dia merasa tidak aman," tandas Roni.

Ia pun menyayangkan sikap polisi yang tidak melindungi korban. Sebab prilaku amoral yang menyerang orang secara pribadi harus diproses oleh polisi. "Mereka melakukan screen shoot facebook yang berisi ancaman. Nomor hp dokter juga disebar sehingga dia tidak nyaman dan trauma," sambungnya.

Kasus Fiera ini menimbulkan kegaduhan di Solok. Apalagi interogasi yang dilakukan tiga polisi kepada Fiera beredar meluas. Kapolres Solok Kota AKBP Susmelawati melakukan mediasi dengan ormas FPI dan dr Fiera Lovita, kemarin.

Dalam pertemuan itu telah dihasilkan beberapa poin untuk menyelesaikan kegaduhan masyarakat di Solok dalam beberapa hari ini, terkait postingan dr Fiera yang berujung pada ancaman.

Fiera dalam kesempatan itu mengatakan postingan yang beredar di media sosial dan menjadi viral, bukan untuk konsumsi netizen. Menurutnya postingan di media sosial diunggah oleh oknum atau orang tidak bertanggungjawab di akun Facebook miliknya.

Ia pun sudah tekad untuk tidak tinggal di Solok dan pindah ke Jawa. "Saya akan pindah ke Jawa mengikuti suami yang bekerja di sana. Saya sudah merasa tenang sekarang. Apabila ada postingan atau memojokkan saya di media sosial, maka saya tekankan itu bukan dari saya. Itu ulah oknum," ujarnya.

Setara Institute mengecam sikap yang dilakukan Kapolres Kota Solok. Dalam siaran persnya, Setara Institute mendesak agar kepolisian Polres Kota Solok dan aparat lainnya dan dimana pun harus bersikap tegas terhadap kelompok intoleran dan ingin memaksakan kehendak. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya