Indonesia dalam Kondisi Kritis, Sesepuh Bangsa Serukan Persatuan

Furqon Ulya Himawan
26/5/2017 20:55
Indonesia dalam Kondisi Kritis, Sesepuh Bangsa Serukan Persatuan
(MI/ROMMY PUJIANTO)

SEJUMLAH sesepuh bangsa Indonesia berkumpul di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (26/5), menyikapi situasi Indonesia yang semakin memprihatinkan. Bagi mereka, bangsa Indonesia sudah masuk kondisi kritis, dan pemerintah perlu segera menyadarinya untuk segera menyelamatkannya.

"Keadaan (Indonesia) memang kritis," kata Buya Syafii Maarif, salah satu sesepuh bangsa Indonesia yang hadir dalam jumpa pers 'Seruan Sesepuh Bangsa untuk Perdamaian Indonesia', di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Selain Buya, sesepuh lainnya yang hadir ialah Kardinal Julius Dharmaatmadja, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Bhikku Nyana Suryanadi, Mohamad Sobary, Pendeta Gomar Gultom, Prof Abdul Munir Mulkan, KH Imam Azis, Ida Bagus Agung, Engkus Ruswana, dan sejumlah tokoh lintas agama lainnya.

Menurut Buya, kondisi kritis yang dialami Indonesia saat ini terlambat disadari oleh pemerintah sehingga masyarakat terbelah dan ini sangat berbahaya. Meski terlambat, Buya mendukung pemerintah untuk memperbaiki kondisi sekarang.

"Masih bisa diperbaiki, asal pemerintah benar-benar menayadari kondisi kritisnya," imbuh Buya.

Selain lambannya menyadari kondisi kritisnya, pemerintah juga dinilai kurang tegas menangani kelompok-kelompok intoleran yang terus-menerus mengoyak keberagaman dan nilai-nilai Pancasila.

"Adanya pembiaran terhadap kelompok-kelompok intoleran," kata Pendeta Gomar Gulton.

Sistem pendidikan di Indonesia juga dinilai turut andil dalam kondisi kritis yang dialami Indonesia, tidak adanya pendidikan kebangsaan dan nilai-nilai kearifan lokal juga berakibat pada tumbuhnya benih-benih pelaku intoleran. Ida Bagus Agung meminta pemerintah untuk mengevaluasi sistem pendidikan di Indonesia.

"Pendidikan kebangsaan dan kearifan lokal jangan ditinggalkan. Ini yang selama ini oleh negara diabaikan," katanya.

Semua sesepuh bangsa yang hadir dalam pertemuan itu sepakat, seluruh masyarakat Indonesia baik yang di pemerintahan dan siapa saja harus ikut merajut kembali kebinekaan dan keberagaman di Indonesia.

"Menjaga dan merawat bangsa dan negara dari berbagai rongrongan baik yang bersifat kesukuan, agama mapun pertikaian yang tujuannya mengobrak-abrik bangsa itu adalah kewajiban kita semua. Maka kita harus bersatu saling bergandengan tangan dan saling merapatkan barisan untuk melawan kezaliman dan ketidakadilan yang muncul di negara Indonesia," kata Shitna Nuriyah, istri Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid.

Melihat kondisi kritis yang terjadi di Indonesia, sesepuh bangsa menyerukan lima poin yang harus segera dilaksanakan pemerintah. Pertama, semua elemen bangsa, khususnya pemerintah, harus melakukan penyadaran bagi semua pihak tentang pentingnya persatuan dalam Indonesia yang bhinneka, dan mendudukkan Pancasila sebagai kepribadian bangsa untuk semua generasi.

Kedua, pemerintah harus bersikap tegas dan bijaksana dalam menanggapi situasi yang menjurus pada keretakan persatuan dan segera bertindak mengutamakan keselamatan bangsa dan negara.

Ketiga, pemerintah harus memiliki sikap dan bahasa yang sama dalam menghadapi berbagai tantangan hidup berbangsa dan bernegara. Adapun keempat, pendidikan politik dan sejarah kebangsaan perlu dikuatkan kembali, baik kepada para politisi maupun semua elemen bangsa, demi keselamatan dan masa depan bangsa.

Sedangkan kelima, perlu dibangun persaudaraan sejati dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, demi terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan, bahkan semua agama mewajibkan penerimaan dan penghormatan kepada orang lain.

Buya pun meminta agar pemerintah lebih tegas dan bijaksana serta optimistis bahwa Indonesia bisa keluar dari krisis. "Kita harus optimis untuk meyelamatkan negara kita. Mari merajut kembali persatuan dan kesatuan bangsa yang telah tercabik-cabik," ajak Buya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya