Penglipuran Bertahan di Arus Modernisasi

Ferdinand/N-3
23/5/2017 09:56
Penglipuran  Bertahan di Arus Modernisasi
(Deretan permukiman yang berjajar rapi dengan tata ruang seragam dan lingkungan yang bersih dan rapi menjadi daya pikat tersendiri bagi Desa Penglipuran. -- MI/Ferdinand)

RATUSAN turis baik mancanegara maupun dalam negeri melintasi jalan yang bersih dan pemandangan nan asri, di lingkungan Desa Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.

Hampir semua wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut berdecak kagum. Saat Media Indonesia bersama sejumlah jurnalis serta jajaran Humas dan Protokol Kota Surakarta, Jawa Tengah, mengunjungi desa adat tersebut beberapa waktu lalu, wajah Desa Penglipuran tidak berubah sejak berdiri pada abad 18 silam pada masa Kerajaan Bangli berdiri.

Desa Penglipuran terletak di ketinggian 500-600 meter di atas permukaan laut. Dari mulut jalan utama yang membujur dari utara ke selatan, terlihat rumah-rumah tradisional dengan arsitektur yang khas berjajar rapi di kanan dan kiri. Seluruh bangunan rumah menghadap ke Timur. Akses utama menuju pekarangan berupa pintu gerbang beratap susunan bambu. Gerbang hanya bisa dilalui satu orang, disebut angkul-angkul.

Desa Penglipuran terpilih sebagai desa tebersih di dunia bersama Desa Terapung Giethoorn di Provinsi Overijssel Belanda dan Desa Mawlynnong di pegunungan negara bagian Meghalaya, India. “Ini kebanggaan tersendiri bagi kami,” kata Ketua Pengelola Desa Wisata Penglipuran, I Nengah Moneng, saat menyambut kedatangan rombongan.

Menurut Nengah Moneng, di tengah kemajuan teknologi, masyarakat Penglipuran tetap berpegang teguh pada ajaran leluhur. “Ini tidak terlepas dari kearifan lokal yang dijiwai agama. Kami bisa menerima budaya asing. Begitu pula pergeseran yang diakibatkannya. Namun, estetika dan adat tetap paling utama,” kata Moneng.

Mempertahankan desa itu membutuhkan biaya tidak sedikit. Untuk itu, desa menggunakan dana retribusi untuk mengelola desa. Rinciannya dana retribusi yang terkumpul dari biaya parkir, kendaraan pengunjung, dan penjualan tiket dibagi dengan komposisi 60% untuk pemerintah dan 40% untuk pengelola. Namun, 40% itu masih dibagi rata untuk pengelola dan kas desa adat.

Desa yang dihuni 240 kepala keluarga dengan jumlah warga 1.010 jiwa itu mampu menyumbang pendapatan asli daerah yang cukup besar di Kabupaten Bangli.

“Pada 2016 sumbangan PAD dari Penglipuran sebesar Rp2,2 miliar. Pada tahun ini, ditargetkan, pemasukan dari dana parkir dan penjualan tiket sebesar Rp3,8 miliar,” jelas Sekretaris Daerah Bangli, Ida Bagus Giri Putra. (Ferdinand/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya