Dua Anak Buah Santoso yang Tewas Teridentifikasi

M Taufan SP Bustan
16/5/2017 18:55
Dua Anak Buah Santoso yang Tewas Teridentifikasi
(Dok. MI)

KEPOLISIAN Daerah (Polda) Sulawesi Tengah sudah mengidentifikasi dua anggota kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang tewas tertembak di Poso. Mereka ialah Barok, 38, dan Askar, 30. Keduanya merupakan anak buah Santoso alias Abu Wardah yang paling memiliki peran penting di jaringan teroris MIT.

Kepala Polda Sulteng, Brigjen Pol Rudy Sufahriadi, saat memberikan keterangan di Ruang Rupatama, Mapolda Sulteng, Selasa (16/5), mengatakan, keduanya teridentifikasi berdasarkan wajah yang telah dikenali.

"Usai baku tembak, penyisiran dilakukan dan ditemukan dua jenazah. Setelah dicocokkan dengan foto DPO (daftar pencarian orang), ke duanya adalah Barok dan Askar," terang Rudy di hadapan sejumlah wartawan.

Menurut Rudy, Barok dan Askar ialah dua anggota MIT yang sangat memiliki peran. Barok diketahui sebagai ahli dalam penyerangan, adapun Askar merupakan ahli dalam perakitan senjata dan bom.

Keahlian mereka itu pun diketahui dari beberapa pengakuan anggota MIT yang lebih dulu ditangkap hidup-hidup, beberapa waktu lalu.

Barok diketahui selalu memimpin penyerangan terhadap kelompok Satuan Tugas (Satgas) mulai dari Operasi Camar Maleo hingga Operasi Tinombala yang tengah berlangsung.

"Salah satu yang pernah dipimpin Barok adalah penyerangan anggota TNI yang tengah patroli. Di situ, satu anggota TNI tewas dan itu Barok yang tembak. Termasuk juga penyerangan patroli motor anggota Brimob yang menewaskan dua anggota Brimob juga dilakukan Barok dan beberapa penyerangan lainnya," ungkap Rudy.

Sedangkan Askar, keahliannya yang bisa merakit bom dimanfaatkan untuk menebar teror dan menyerang aatgas yang tengah memburu mereka.

"Beberapa kali bom rakitan Askar digunakan jika terjadi baku tembak. Dan hampir semua senjata dan bom rakitan yang berada bersama MIT saat ini hasil buah tangan Askar," jelasnya.

Barok dan Askar merupakan warga asal Bima, Nusa Tenggara Barat. Mereka bergabung bersama MIT pada awal 2012 silam. Keduanya direkrut Santoso, yang sudah lebih dulu tewas, melalui jalur Mujahidin Indonesia Barat (MIB).

Selain pernah ikut berlatih perang bersama Santoso dan Daeng Koro alias Sabar Subagia di Gunung Biru, Desa Tamanjeka, Kecamatan Poso Pesisir, keduanya juga pernah mengikuti pelatihan perang di Bima.

Saat ini, jenazah keduanya telah dievakuasi dan disemayamkan di kamar jenazah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara di Palu. Polda sendiri baru akan melakukan pengambilan sampel DNA untuk mencari keluarganya.

"Tim akan ambil sampel DNA untuk mencocokkan dengan siapa saja yang ingin mengklaim. Nanti jika sudah ada keluarganya kami akan menyerahkan jenazahnya. Namun kalau tidak ada, nanti kami makamkan seperti sebelum-sebelumnya," imbuh Rudy.

Sementara itu, Pangdam XIII/Merdeka, Mayjen TNI Ganip Warsito, yang turut hadir dalam konferensi pers itu menambahkan, kondisi anggotanya yang terkena tembakan dalam peristiwa itu semakin membaik dan masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Poso.

"Biar dia pulih dulu, nanti kalau sudah benar-benar pulih diistirahatkan dan diganti dengan pasukan lainnya. Jangan dilibatkan lagi dalam operasi karena dia sudah berhasil," ujar Pangdam.

Menurutnya, TNI sangat mengapresiasi seluruh pasukannya yang terlibat dalam Operasi Tinombala. Olehnya, TNI akan memberikan penghargaan kepada mereka semua.

"Kami akan siapkan penghargaan untuk mereka semua, terkhusus kepada anggota yang terkena serempetan peluruh senjata itu," tandas Ganip.

Sebelumnya, baku tembak kembali terjadi di Poso, Senin (15/5) kemarin. Dalam peristiwa itu, dua anggota MIT tewas. Sedangkan satu anggota satgas terluka. Baku tembak terjadi sekitar pukul 12.00 Wita di wilayah Pegunungan Biru, Desa Tamanjeka, Kecamatan Poso Pesisir.

Saat itu, Satgas Operasi Tinombala yang tengah melakukan patroli rutin menemukan delapan orang tidak dikenal yang dicurigai sebagai anggota MIT. Dari penemuan itu kemudian terjadi baku tembak. Usai baku tembak, ditemukan barang bukti berupa satu pucuk senjata api organik SS1, satu pucuk senapan angin, dan sejumlah selongsong serta amunisi aktif.

Pascakejadian ini, jumlah anggota MIT tersisa tujuh orang dari sebelumnya sembilan orang. Di antaranya, Ali Kalora alias Ali Ahmad, Askar Hidayat alias Pak Guru (Bima/NTB), Adji Pandu Suwotomo alias Sobron (Jawa), Basir alias Romzi (Bima/NTB), Nae alias Galuh (Bima/NTB), Abu Alim (Bima/NTB), Moh Faizal alias Kobar (Malino/Morowali), Barok alias Firdaus (Bima/NTB), dan Qatar alias Farel (Jawa). (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya