Ribuan Mahasiswa Udayana Unjuk Rasa Tolak Gerakan Radikalisme

Arnoldus Dhae
09/5/2017 15:59
Ribuan Mahasiswa Udayana Unjuk Rasa Tolak Gerakan Radikalisme
(ANTARA/Nyoman Budhiana)

SEKITAR 3 ribu mahasiswa Universitas Udayana, Denpasar melakukan aksi menolak paham radikalisme. Bahkan Rektor Universitas Udayana Denpasar Ketut Suastika turun ke jalan dan memimpin aksi tersebut, Selasa (9/5).

Aksi civitas academica ini menyebabkan Jalan Jenderal Sudirman dipenuhi ribuan mahasiswa 13 fakultas tersebut. Bahkan tidak ada kegiatan perkuliahan pada hari tersebut.

Para mahasiswa yang mengetahui rektornya akan beraksi, satu per satu keluar dari ruang kelas dan memenuhi tempat yang ada di depan kampus. Aksi yang spontan ini menyebabkan kemacetan terjadi di beberapa ruas jalan sekitarnya. Petugas kepolisian pun mengalihkan arus kendaraan.

Dengan membawa poster dan bendera, mereka berorasi sambil meneriakkan yel-yel penolakan terhadap radikalisme.

Namun Suastika menolak disebut sebagai pemimpin aksi demo mahasiswa tersebut. Ia mengaku hanya ingin bergabung dengan mahasiswa dan memantau langsung kondisi saat demo.

"Saya mendengar jika mahasiswa saya keluar ke jalanan dalam jumlah besar. Makanya saya juga ikut keluar, melihat dan memantau langsung jalannya demo. Saya juga sudah meminta lebih dari 1.000 dosen untuk ikut turun ke jalanan, agar memantau langsung kegiatan mahasiswa yang jumlah sangat banyak seperti ini," ujarnya.


Ia mengakui jika mahasiswa Udayana yang jumlahnya lebih 20 ribu ikut aksi semua, ruas Jalan Sudirman tak akan sanggup menampung. Untuk itu ia meminta kepada BEM Udayana selaku penyelenggaran agar tidak mengerahkan semua mahasiswa.

Hadirnya para dosen untuk ikut memantau karena dikuatirkan jika aksi ini melenceng dari tujuan semula. "Kita hanya ingin memastikan jika aksi berjalan sesuai koridor, menolak paham radikalisme, dan tidak memancing isu SARA dan konflik horisontal lainnya," papar Suastika.

Dalam demo tersebut, dilakukan juga pentas seni budaya dari berbagai suku di Indonesia sebagaimana Indonesia adalah negara yang bhineka namun satu.

Ia membenarkan jika aksi ribuan mahasiswa dari kampusnya tersebut merupakan reaksi dari paham radikalisme dari sekelompok agama tertentu yang ingin mengganti dasar negara Pancasila. Baginya, NKRI dengan dasar negara Pancasila merupakan harga mati yang harus dipertahankan sampai titik darah penghabisan. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya