Para Biksu Lakukan Prosesi Pengambilan Air Suci Waisak

Tosiani
08/5/2017 20:41
Para Biksu Lakukan Prosesi Pengambilan Air Suci Waisak
(Sejumlah biksu memasukkan air suci ke dalam Kendi saat prosesi pengambilan air suci---MI/Tosiani)

PARA biksu dari 13 sekte dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) melakukan prosesi pengambilan air suci Waisak di Umbul Jumprit, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Senin (8/5). Prosesi ini mengawali rangkaian perayaan Tri Suci Waisak 2017/2561 Budhis Era (BE).

Ke-113 Majelis Sangha itu di antaranya Theravada, Tantrayana, Tridharma, Kasogatan, Mahayana, Mapanbumi, Madatantri, dan Mahanikaya. Prosesi tersebut dihadiri biksu asal Thailand, Samantha Kucali.

Pengambilan air diawali dengan Upacara Pujabhakti serta pembacaan lantunan doa dipimpin oleh Biksu Wongsin Labhiko Mahathera. Setelah itu, para biksu berjalan menuju sumber mata air. Air suci yang mereka ambil menggunakan gayung batok kelapa dan dimasukkan ke dalam kendi.

Air-air itu kemudian dibawa dan disemayamkan ke Candi Mendut dan Candi Agung Borobudur Kabupaten Magelang.

Wakil Sekjen Walubi, Gatot Sukarno Adi, menerangkan, air merupakan lambang kesejukan, membersihkan, dan selalu mengalir ke tempat yang rendah.

"Di zaman Sang Buddha hidup, air digunakan untuk memberikan berkah kepada orang yang sakit hingga sembuh. Hal ini mendasari makna pengambilan air Waisak," tutur Gatot, Senin.

Romo Yamto, salah seorang Pandhita Agama Buddha dari Sekte Teravada, menerangkan, upacara penyucian air umbul jumprit untuk air berkah Waisak oleh 45 biksu sangha, 300-an panditta dan umat buddha.

"Upacara ini bermakna menyucikan hati dan pikiran yang menjadi segala sumber agar dunia aman damai sejahtera," ujar Romo Yamto.

Biksu Wongsin Labhiko Mahatgera menerangkan tema peringatan Tri Suci kali ini ialah Tingkatkan Kesadaran Menjadi Kebijakan dengan subtema Kembangan Hati Buddha dan Potensi Kebuddhaan. Melalui tema ini diharapkan seluruh umat Buddha di Indonesia dan di dunia senantiasa meningkatkan kesadaran, kebijakan, serta mengembangkan hati Buddha agar menjadi umat manusia yang sempurna.

Dikatakan, tiga peristiwa suci di dalam riwayat hidup Sang Buddha Gautama. Yakni, Bodhisattva (calon Buddha) yang bernama Pangeran Siddharta Gautama dilahirkan di Taman Lumbini, Nepal, pada 623 Sebelum Masehi, Pangeran Siddharta, yang kemudian menjadi petapa di bawah pohon Bodhi di Bodhgaya India, kemudian mencapai penerangan sempurna hingga akhirnya menjadi Buddha pada 588 SM di usia 35.

Sedangkan Sang Buddha wafat pada usia 80 di bawah pohon Sala Kembar di Kusinara India dan mencapai Parinibbana (Kesempurnaan) pada 543 SM.

Wakil Ketua Panitia pengambilan air berkah Waisak 2017, Martinus Nata, mengatakan, sebelum pelaksanaan pengambilan air suci, berbagai persiapan telah dilakukan panitia. Yakni, pembersihan dan pengecatan ulang area Umbul Jumprit sejak 1-3 Mei kemarin.

Lalu pada 5 Mei juga telah dilakukan pengisian 12 ribu botol air berkah yang kemudian akan disemayamkan di Candi Mendut. Dari Candi Mendut, air berkah akan dibawa menuju Candi Borobudur untuk sarana puja kepada para dewa dan Bodhisattva.

Selain pengambilan air suci di Umbul Jumprit, akan digelar juga ritual pengambilan api abadi dari sumber api abadi di Mrapen yang ada di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan.

Pembimas Budha Kanwil Kementerian Agama Jawa Tengah, Sutarso, berharap agar manusia meniru filosofi air yang selalu menyesuaikan bejana atau wadah. Artinya, umat manusia wajib dapat beradaptasi di mana pun ia berada.

Ia berpesan kepada umat Budha yang hadir agar senantiasa rendah hati, menjaga toleransi antarumat beragama, maupun terhadap pemerintah, berperilaku dan berucap benar, profesional, bertanggung jawab atas apa yang diperbuat, hingga mampu menjaga keseimbangan hidup.

"Hidup memiliki karma masing-masing yang harus ditanggung oleh umat manusia berdasarkan hukum sebab akibat," pungkasnya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya