Kakak Beradik Jadi Peneliti Tingkat Dunia sejak Belia

Puji Santoso/N-1
08/5/2017 01:51
Kakak Beradik Jadi Peneliti Tingkat Dunia sejak Belia
(MI/Puji Santoso)

KUNJUNGAN ke panti asuhan kaum tunanetra melahirkan tidak sekadar rasa iba bagi kakak beradik Fira Fatmasiefa, 16, dan Brasmasto Rahman Prasojo, 14.

Pengalaman berinteraksi dengan para penyandang tunanetra juga memunculkan empati bagi putra-putri pasangan Gde Pardianto dan Diah Purworini itu.

"Para penyandang tunanetra itu sebelumnya bisa melihat, tetapi karena sesuatu mereka tidak dapat melihat lagi. Fira sempat menangis melihat mereka," kata Diah saat ditemui Media Indonesia di Kota Medan, Sumatra Utara.

Lalu, sambung dia, Fira bertekad melakukan sesuatu yang berguna untuk kaum tunanetra.

"Dia bilang dirinya bersama Pras (panggilan Brasmasto Rahman Prasojo) akan berupaya membantu kaum tunanetra untuk mempelajari huruf braille," ujar Diah.

Di usia belia, pelajar di SMP dan SMA Chandra Kusuma di Kota Medan itu membuahkan karya.

Penemuan mereka mendapat penghargaan tingkat dunia.

Kakak beradik yang hobi mempelajari ilmu komputer itu berhasil menyelesaikan riset yang diberi judul Braille Learning Algorithm, yaitu membuat alat untuk kaum tunanetra agar dapat belajar huruf braille secara mandiri.

Dari penelitian itu, mereka memenangi ajang kompetisi peneliti muda tingkat internasional (International Centre of Young Scientist) yang berlangsung di Stuttgart, Jerman, pada 16 hingga 23 April.

Mereka meraih medali emas di dua kategori, reseach presentation dan poster session, mengalahkan peneliti muda dari 30 negara lain, termasuk dari tim tuan rumah Jerman.

Dari Indonesia, ada enam delegasi peneliti muda yang mengikuti kompetisi.

"Saya dan Pras meraih skor tertinggi mutlak. Yang meraih perak tim Belanda dan Singapura, sedangkan yang meraih medali perunggu tim dari Belarus, Bulgaria, dan Jerman," ujar Fira.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, kakak beradik itu memang sudah terbiasa dengan dunia riset. Saat masih bersekolah di SD Pertiwi Medan, kedua kakak beradik itu telah berhasil menemukan alat alarm ompol untuk bayi yang disebut Wet Alarm for Baby.

Tahun lalu, Pras juga meraih medali perak di ajang kompetisi peneliti muda tingkat Asia di India.

Fira bercita-cita melanjutkan pendidikan di Universitas Harvard di Amerika Serikat (AS) untuk terus menekuni minat sebagai peneliti.

Adiknya bercita-cita melanjutkan kuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

"Kami sudah telanjur hobi meneliti. Mudah-mudahan ada beasiswa yang bisa menerima kami kuliah," kata Fira.

Mereka selama ini berjuang secara mandiri. Bahkan, praktis tidak ada bantuan dari pemerintah setempat.

"Mereka tidak ada dibantu pemerintah daerah. Semua kami perjuangkan sendiri bersama pihak sekolah dan keluarga," ujar Kepala SMP dan SMA Chandra Kusuma Rita.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya