Satu Keluarga Teroris Serahkan Data Pembanding

Faishol Taselan
10/4/2017 20:22
Satu Keluarga Teroris Serahkan Data Pembanding
(ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

DARI enam teroris asal Lamongan dan Tuban yang tewas, Kepolisian Daerah Jawa Timur baru menerima satu data keluarga dari Purbalingga, Jawa Tengah. Polda masih menunggu dari anggota keluarga lima lainnya.

"Sudah dipastikan baru satu yang siap menyerahkan data pembanding," kata Kabid Humas Polda Jatim, Komisaris Besar Pol Frans Barung Mangera, di Surabaya, Senin (10/4).

Adapun keluarga yang akan menyerahkan data pembanding tersebut, kata dia, masih dalam perjalanan menuju Surabaya. Diharapkan malam ini sudah bisa diterima pihak kepolisian.

Data itu, menurut dia, untuk dijadikan pembanding dengan pelaku yang kini masih dalam proses indentifikasi tim Forensik Mabes Polri dan ahli forensik dari Universitas Airlangga (Unair).

Dijelaskan, Polda Jatim sebenarnya sudah mendapatkan semua identitas enam teroris yang tewas setelah baku tembak dengan aparat tersebut. Namun, pihaknya masih menunggu data pembanding untuk menguatkan.

"Data pembanding sangat dibutuhkan dan penting agar Tim Forensik mendapatkan kepastian, kemudian dicocokkan dengan data yang ada," katanya.

Di sisi lain, keberhasilan polisi dalam menangkap dan melumpuhkan kelompok yang diduga kuat terlibat jaringan terorisme di Lamongan dan Tuban mendapatkan apresiasi khusus dari Gubernur Jatim Soekarwo.

Ia memuji kinerja Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin, dan pasukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri yang berhasil melumpuhkan dan menangkap terduga teroris di Jatim.

Gubernur memahami bahwa urusan keamanan dan intelijen nemang tidak bisa diungkapkan semua ke publik.

"Namun, saya sangat mengapresiasi Kapolda dan Densus telah bekerja yang luar biasa. Memang sebagian menurut (informasi) sementara ini memang beberapa kelompok ini ada di Jatim," jelas Pakde Karwo, sapaan karib Gubernur.

Ia menilai terorisme dan radikalisme merupakan problem internasional.

"Pada saat Al Qaida, semua didesain Amerika dalam rangka itu, setelah tidak jadi musuh. Semua itu adalah war (perang) untuk memperebutkan energi dan penguasaan lahan energi jangka panjang," ungkapnya.

Dijelaskan, dalam hal terorisme dan radikalisme tersebut, pertarungan yang terjadi lebih pada kelompok sesama agama dan bukan antaragama.

"Tindakan antisipasi saat ini yang lebih diperlukan. Tidak pernah ada sukses melalui perjuangan dengan kekerasan. Siapa pun yang terlibat harus ditindak," tegasnya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya