Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
AKTIVITAS penambangan liar di kawasan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, semakin menggila. Para penambang dikatakan mengabaikan kerusakan lingkungan dan tidak pernah memberikan dampak kebaikan bagi daerah.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pun diminta tegas menertibkan aktivitas itu untuk menghindari kerusakan lebih parah. Berdasarkan hasil pemantauan Media Indonesia, kerusakan kawasan Pegunungan Kendeng di Kabupaten Pati, Rembang, Grobogan, dan Blora, Jawa Tengah, setelah penghentian sementara pembangunan pabrik semen semakin menjadi-jadi. Aktivitas penambangan liar dilakukan dengan mengeruk material gunung tanpa memedulikan dampak lingkungan yang muncul.
Ratusan alat berat setiap hari terlihat terus mengeruk material gunung tanpa mengantongi izin. Dengan menggunakan ratusan dump truck, penambang membawa material, seperti batu kapur, bijih besi, dan biji kaca melintasi jalan kabupaten, jalan provinsi, dan jalan nasional ke daerah Tuban, Jawa Timur, untuk diproduksi menjadi berbagai barang industri.
“Dari kawasan ini saja kami bisa membawa hingga 100 dump truck berisi masing-masing 8 kubik per hari untuk dibawa ke Tuban,” ungkap Pramono, pengawas truk angkutan tanah di Sale, Rembang, yang ditemui akhir pekan lalu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kurdi, 48, pekerja tambang liar di Sukolilo, Pati. Menurut Kurdi, selama ini pengerukan lahan cukup aman dan tidak ada penghentian. “Hanya sesekali terhenti jika ada operasi, baik yang dilakukan kepolisian maupun Satpol PP. Namun, kemudian bergerak lagi hingga puluhan truk keluar membawa material untuk dijual, baik sebagai bahan industri maupun tanah urukan.”
Kepala Balai Energi Sumber Daya Mineral Wilayah Kendeng Selatan Agus Sugiharto mengaku heran dengan keberadaan pabrik semen di Rembang yang dipermasalahkan sebagian warga. Penambang di kawasan Gunung Kendeng juga cukup banyak, tetapi tidak dipermasalahkan. “Selain PT Sinar Asia Fortuna dan PT ICCI saat ini ada 19 penambang resmi yang menggali di lahan seluas 281 hektare. Puluhan penambang liar dengan luas galian ratusan hektare juga ikut mengeruk Gunung Kendeng.”
Jika dikatakan merusak sumber air, lanjut Agus Sugiharto, perlu ada penelitian lebih lanjut. Jika sebelumnya berdasarkan data sumber air di wilayah pabrik semen berkisar 500-600 liter per detik pada 1998, kini meningkat menjadi 870 liter per detik.
Wakil Bupati Rembang Bayu Ardianto mengaku prihatin dengan kondisi ini. Ia mendorong penambangan liar itu segera ditertibkan.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, hingga saat ini, ia masih menunggu perkembangan. Namun, menyangkut penambang liar, ia telah beberapa kali menertibkan itu.
“Karena selain tidak mempunyai izin resmi, dampak yang ditimbulkan juga cukup besar terhadap lingkungan dan daerah,” kata Ganjar. (X-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved