Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
KASUS bunuh diri yang direkam dan disiarkan lewat media sosial kembali berulang.
Dalam masyarakat metropolitan yang kini hidup di era digital, kasus bunuh diri jadi tontonan viral yang berpotensi menyebabkan efek imitasi bagi mereka yang menyaksikan.
Kurang lebih sebulan berselang dari aksi bunuh diri yang dilakukan Pahinggar Indrawan alias Indra, warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, tersiar live di media sosial Facebook, kini kasus serupa kembali terjadi.
Kemarin, Yohanes Praga Janu Peragupi, warga Kampung Padurenan, Kelurahan Jatiluhur, Kecamatan Jati-asih, Kota Bekasi, menghabisi nyawanya dengan cara gantung diri dengan seutas tali.
Dia mengatur proses bunuh diri itu terrekam dan tersiar lewat media sosial.
Bahkan, Kapolsek Jatiasih Komisaris Rajiman mengatakan rekaman persiapan korban menjelang bunuh diri pun sempat dikirimkan kepada sang kekasih melalui aplikasi jejaring sosial Whatsapp.
Fenomena penggunaan media sosial dalam kasus bunuh diri dinilai sebagai pengganti 'pesan terakhir' yang pada masa lampau biasa tertulis dalam secarik kertas.
Namun, secara psikologis, maknanya tetap sama bagi para pelaku bunuh diri, yakni pembenaran atas perilaku mereka.
"Tujuannya adalah agar yang menonton merasa iba dan mengerti alasan bunuh diri itu lantaran masalah yang sudah tidak bisa diselesaikan. Mereka ingin mencari alasan agar tindakannya dianggap benar oleh yang menonton," ujar sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Sunyoto Usman.
Namun, yang patut diwaspadai ialah kemungkinan proses imitasi bagi mereka yang menyaksikan.
Tindakan bunuh diri dapat ditiru atau menjadi inspirasi bagi orang lain.
Apalagi dengan 'bantuan' media sosial yang memiliki efek viral.
"Kalau lingkungan sosial mempertunjukkan cara penyelesaian masalah dengan bunuh diri sebagai jalan terbaik, sangat mungkin itu dipelajari atau ditiru orang yang sedang menghadapi masalah berat dalam hidupnya," tambahnya.
Jangan abaikan
Psikolog dari Perhimpunan Psikolog Indonesia (Himpsi) Pelita Sinaga mengatakan kebutuhan utama bagi mereka yang depresi ialah didengarkan ketika bicara.
"Sangat penting bagi orang-orang terdekat untuk mendengarkan. Pendengar yang baik bukan yang lalu malah merespons dengan nasihat-nasihat yang membuat lebih depresi," paparnya.
Sementara itu, menurut Sunyoto, saat ini di Indonesia khususnya Ibu Kota belum ada lembaga konseling yang khusus dan serius menangani masalah bunuh diri.
Padahal, fenomena bunuh diri, menurutnya, terkait harapan hidup warga yang tidak berbanding lurus dengan kenyataan.
"Bilapun ada lembaga konseling yang menangani ini, nyatanya belum efektif. Sudah saatnya, pemerintah memiliki lembaga tersebut," tegasnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved