Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
DISEMATKAN sebagai terminal termegah di Asia Tenggara ternyata belum dibarengi oleh pengelolaan yang profesional di Terminal Pulogebang, Jakarta Timur.
Masih banyak pekerjaan rumah bagi pengelola agar status megah itu bukan embel-embel belaka.
Dilihat dari luar, bangunan terminal yang berdiri di atas lahan seluas 12,6 hektare itu terkesan mewah dengan desain bangunan yang modern.
Namun, begitu masuk ke terminal, para penumpang akan langsung berhadapan dengan para pegawai perusahaan otobus (PO) yang berperilaku layaknya calo.
Pegawai dari berbagai PO secepat kilat menghampiri siapa pun calon penumpang yang baru saja tiba di terminal itu.
Setidaknya lima-enam pegawai PO mengelilingi satu calon penumpang.
"Mau ke mana Mas? Solo? Surabaya? Ayo ikut saya aja," kata para pegawai PO itu sambil menarik-narik barang bawaan penumpang.
Raut wajah tak suka tampak jelas dari calon penumpang tersebut.
Beruntung, ia bisa mengelak dari kerumunan para pegawai PO tersebut setelah sedikit bersuara keras kepada mereka.
Calon penumpang yang berhasil lolos dari kerumunan pegawai PO tersebut mengaku bernama Aris, warga Bekasi.
Ia ingin pulang ke kampungnya di Cirebon, Jawa Barat.
"Kelakuan pegawai PO-nya masih kayak di Terminal Pulogadung saja, kayak preman," ujar Aris ketus.
Dengan status megah dan mewah, ekspektasi Aris dan penumpang lainnya terhadap pelayanan di Terminal Pulogebang sangat tinggi. Dilayani bak raja menjadi harapan para penumpang.
Keluhan Aris itu diamini oleh Atin. Ia mengaku hampir saja termakan rayuan dan paksaan dari pegawai PO saat pertama kali menjejakkan kakinya di Pulogebang.
"Saya ditarik-tarik sama mereka. Jadi bingung, mau naik yang mana. Padahal sudah dikasih tahu kakak saya untuk naik bus Sinar Jaya," ungkapnya.
Sebagai perempuan, ia mengaku risih atas perlakuan para pegawai PO yang didominasi laki-laki tersebut.
Dilihatnya beberapa petugas keamanan berjaga di dekatnya, namun tak berbuat apa-apa saat melihat ia sedang dikerubuti begitu.
Saat ditanyakan masalah itu ke petugas yang menjaga di loket, petugas yang berkeliaran itu disebutnya sebagai petugas resmi yang terdaftar di PO.
Tuti, salah seorang pegawai PO, mengatakan tiap PO memiliki 10 pegawai yang bertugas di tiap sifnya.
Diakuinya, sebetulnya jumlah pegawai yang bertugas itu cukup 3-4 orang di setiap sifnya.
"Dua untuk jaga loket, dua lagi biasanya untuk bantu angkat barang penumpang. Kalau banyak begini malah kesannya jadi kayak calo, kasihan penumpang," tutur Tuti.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved