Artis Disasar sebagai Sinyal Narkoba Eksis

Akmal Fauzi
03/4/2017 09:21
Artis Disasar sebagai Sinyal Narkoba Eksis
(Kepala Satuan Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, AKB Suhermanto -- MI/Akmal Fauzi)

KALANGAN artis yang bergelut dalam dunia entertainment sarat dengan gaya hidup glamor­ sehingga menjadi sasaran peredaran narkoba. Kondisi ini dimanfaatkan sindikat untuk membuat lingkaran jaringan narkoba di kalangan artis.

Situasi itu dipermudah dengan kawasan hiburan di Jakarta yang terbilang permisif. Pengelola hiburan malam belum menerapkan secara ketat aturan dilarang menggunakan narkoba di tempatnya. Dari enam wilayah Ibu Kota, kawas­an hiburan terbanyak ada di Jakarta Barat lalu Jakarta Selatan.

Ridho Rhoma, anak Raja Dangdut, menambah daftar artis yang ditangkap di Jakarta Barat. Sebelumnya figur publik yang ditangkap jajaran Polres Metro Jakarta Barat, antara lain, Revaldo, Ibra Azhari, Novi Amalia, Jupiter, dan Imam S Arifin.

Untuk mengetahui bagaimana sindikat barang laknat itu beredar di kalangan para artis, berikut petikan wawancara wartawan Media Indonesia, Akmal Fauzi, dengan Kepala Satuan Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, AKB Suhermanto, akhir pekan lalu.

Mengapa dan bagaimana kalangan artis terlibat narkoba?
Dari beberapa kasus yang saya tangani, faktor dominan itu gaya hidup. Pergaulan glamor dan jam kerja yang tidak menentu. Siang-malam jika dikejar kontrak harus siap bekerja. Akibatnya, mereka mengambil jalan pintas dengan menggunakan narkoba. Dari mencoba-coba, akhirnya ketergantungan utuk meningkatkan stamina.
Dari situ, mereka dimanfaatkan para sindikat. Yang lebih berbahaya itu sebagai publikasi mereka (sindikat) bahwa narkoba masih marak beredar dan tetap eksis.

Selain publikasi yang Anda maksud di atas, alasan apa sehingga selebritas menjadi sasaran sindikat narkoba?
Faktor finansial (artis), uang yang cukup untuk membeli narkoba. Apalagi, seorang public figure ini kan banyak fansnya. Jika fansnya fanatik, sangat terbuka mereka mencontoh perilaku artis tersebut. Ini sebenarnya bahaya narkoba masuk ke kalangan artis, terutama terhadap mereka yang mengagumi. Jangan sampai itu (konsumsi narkoba) dianggap pembenaran.

Pemetaan jaringannya seperti apa?
Jaringan narkoba itu memakai sistem putus. Bandar dan pembeli tidak saling kenal. Khusus artis, menggunakan orang terdekatnya, tidak langsung beli kepada bandar. Bisa melalui rekannya atau melalui perantara.
Soal narkoba itu menyangkut kepercayaan. Terpenting, perantara itu justru bisa dikenalkan sesama artis lainnya yang sebelumnya menggunakan narkoba. Karena itu, mereka (artis) rentan di lingkaran peredaran narkoba.

Narkoba identik dengan tempat hiburan malam, apa mereka rata-rata memulai dari sana?
Beberapa kasus seperti itu, bermula dari sana. Yang perlu ditekankan itu jenis narkoba bermacam-macam, ada yang harus digunakan di tempat hiburan, seperti ekstasi. Ada yang digunakan di luar tempat hiburan, contohnya sabu. Jika tingkat kecanduannya tinggi, sabu bisa digunakan di mana saja: hotel, rumah, mobil. Seperti kasus Ridho, dia selalu di hotel. Karena ketergantungan itu, mereka bisa di mana saja.

Pengungkapan kasus narkoba di Jakarta Barat paling banyak? Bagaimana Anda mengatasi itu?
Itu merupakan kese­riusan kami terhadap jaring­an narkotika. Di Jakarta, kami paling tinggi pengungkapan. Kami mengung­kap jaringan besar, salah satu kami lakukan tindakan tegas terukur. Enam bulan terakhir, kami menembak tiga bandar narkoba, dua di antaranya kami tembak kaki karena mencoba melarikan diri.
Tindakan itu kami lakukan karena pada 2014 mungkin pernah dengar pengungkapan di Jakarta Utara, anggota kami ragu-ragu melakukan tindakan ke bandar yang menggunakan senjata api. Dua tertembak, dan salah satunya meninggal dunia. Ini kami tidak mau terulang lagi pada anggota saya. Tindakan tegas ini merupakan warning kepada para sindikat, jangan merusak generasi dengan narkoba.

Peredaran narkoba sudah paripurna, melibatkan semua lapisan. Bagaimana Anda memandang itu?
Saya melihat semua aspek lapisan masyarakat kembali kepada manusianya. Gaya hidup yang ingin foya-foya, menghamburkan uang beli narkoba, itu pasti terkena. Semua intansi, seperti Polri, TNI, PNS, DPR, dan artis bisa tersasar. (J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya