Ditata sudah, Dirawat Belum

Gana Buana
27/3/2017 08:00
Ditata sudah, Dirawat Belum
(MI/SUSANTO)

TIAP akhir pekan kawasan wisata Kota Tua selalu ramai dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Sejak ditata, Kota Tua memiliki magnet lebih besar menarik pengunjung.

Pedagang kaki lima (PKL) yang dulu menjadi pemandangan tak sedap, menurut Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Norviadi S Husodo, sudah ditertibkan.

Kini banyak anak muda beraktivitas dan berekspresi di sekitarnya. Bahkan taman yang ada pun lebih bersih.

"Makin bersih setelah ditertibkan, bahkan pengunjungpun terlihat lebih nyaman ketika berada di kawasan Kota Tua saat ini," kata Norviadi.

Kawasan PKL sudah direlokasi di Jalan Cengkeh sehingga pengunjung yang hendak mencari makanan atau minuman bisa langsung menuju sana.

Untuk menarik pengunjung, pihaknya juga menyediakan hiburan di lokasi PKL.

Jadi tidak ada alasan pengamen untuk mengais rupiah di sana.

Meski kawasan Kota Tua sudah ditata, dari pengamatan Media Indonesia akhir pekan lalu, masih ada persoalan di sana.

Sejak pagi, ratusan wisatawan sudah memadati kawasan tersebut.

Kawasan itu memang identik dengan Museum Fatahillah.

Mereka lebih tertarik berkerumun di depan museum tersebut.

Aktivitas utama sebagian besar pengunjung ialah berfoto dengan latar belakang gedung-gedung tua di sana.

Sejumlah pengunjung berkeliling dengan menggunakan sepeda yang disewakan.

Beberapa pasangan yang ingin membuat foto pranikah pun menjadikan lokasi Kota Tua sebagai latar belakangnya.

Satu kretivitas lain di sana ialah 'manusia patung' dengan berbagai model dan kostum seperti putri salju, tentara, dan orang terbang.

Pengunjung dapat berfoto bersama mereka.

Seusai difoto, pengunjung tinggal memasukkan uang seiklasnya di tempat yang telah disediakan.

"Anak saya senang berfoto dengan manusia patung," ungkap Rita Nursari, warga asal Bekasi yang mengaku rutin ke Kota Tua tiap bulan.

Menurut Rita, berwisata ke Kota Tua cenderung membuat anaknya berkembang dengan lebih baik jika dibandingkan dengan dibawa ke tempat wisata belanja seperti mal yang akan membuat anaknya menjadi konsumtif.

"Di sini dia bisa berinteraksi, tidak jadi manusia yang tak bersosialisasi," kata dia.

Bukan kewenangannya

Kendati Kota Tua sudah jauh lebih baik, menurut Rita, ada satu hal yang membuatnya tidak nyaman.

Yakni, soal toilet umum yang keberadaannya sulit diketahui.

Toilet portabel yang ada tidak cukup memenuhi kebutuhan pengunjung.

Waktu antre yang terlalu lama dan air yang sering habis menimbulkan bau pesing sangat menyengat.

Kenyataan itu diamini Unang Suprianang, 28.

Warga Depok yang saban akhir pekan mengunjungi Kota Tua itu mengeluhkan soal kurangnya fasilitas toilet umum yang ada.

Menurut dia, toilet portabel yang disediakan kurang terawat.

Kondisi toilet tersebut kotor sehingga bau pesing semerbak tercium dari luar.

"Air bilas pun kadang tidak mengalir," imbuh dia.

Terkait dengan kebersihan, Kepala UPK Kota Tua Norviadi S Husodo mengaku hal itu bukan kewenangannya.

Ia berjanji segera melaporkan keluhan-keluhan pengunjung mengenai Kota Tua kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait.

Selama ini, jelasnya, UPK hanya berkoordinasi untuk menata kawasan Kota Tua.

Eksekusi atas permasalahan-permasalahan di lokasi itu sepenuhnya ditangani SKPD.

"Agar nantinya petugas kebersihan selalu siaga demi menjaga kebersihan kawasan." (J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya