Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
KOTA Bekasi, Jawa Barat, didaulat menjadi kota yang berhasil merawat kerukunan hidup beragama di tengah masyarakatnya yang majemuk.
Kota itu berhasil membuktikan beragamnya latar belakang penduduk justru menjadi modal utama pembangunan.
"Kota Bekasi harus menjadi miniatur kerukunan umat beragama, tidak ada lagi istilah kaum minoritas atau mayoritas, semua warga mempunyai hak yang sama," tegas Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, kemarin.
Berpenduduk 2,6 juta orang, Kota Bekasi memiliki contoh kehidupan toleransi yang bukan basa-basi di Kampung Sawah, Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi.
Di kampung itu, masyarakatnya yang heterogen hidup rukun sehingga didaulat menjadi Kampung Pancasila.
Penduduk Kota Bekasi, 2 juta di antaranya memeluk agama Islam, Katolik 65 ribu jiwa, Buddha 12 ribu jiwa, Kristen Protestan 195 ribu jiwa, Hindu 47 ribu jiwa, dan Konghucu 196 jiwa.
"Tapi di sini tidak ada istilah mayoritas atau minoritas. Kepala daerah harus berdiri di atas semua golongan. Sebagai kepala daerah, saya hanya berupaya menegakkan aturan dan hukum sekalipun terkait dengan masalah sensitif seputar agama," terang Rahmat yang biasa disapa warganya dengan panggilan Bang Pepen itu.
Kebijakannya dalam merawat kerukunan itu pulalah yang membuat Bang Pepen diminta untuk berorasi di hadapan Keuskupan Roma di Vatikan pada 27 Mei nanti.
Di Takhta Suci Vatikan, ia diminta memaparkan kehidupan gotong royong Kampung Sawah yang dihuni beragam pemeluk agama.
"Di kampung itu, nilai-nilai Pancasila diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.
Di usia yang ke-10 tahun, sambungnya, Kota Bekasi memang dituntut berlari cepat untuk segera menjadi mitra sejajar Kota Jakarta.
Percepatan pembangunan berbagai sarana infrastruktur menjadi pekerjaan rumah yang harus cepat diselesaikan.
"Semua bisa berlari cepat kalau masyarakatnya rukun dan hidup dalam suasana yang penuh tole-ransi, dan Bekasi sudah membuktikannya," ujar Rahmat.
Majelis Umat
Selama ini, Kampung Sawah menjadi langganan lomba kelurahan tingkat nasional mewakili Jawa Barat.
Pada 2016, kelurahan itu mampu menyabet juara harap-an. Kampung Sawah bahkan bisa disebut miniatur Indonesia dengan berbagai aspek.
Dengan keberagaman suku, ras, dan agama serta masyarakat, to-leransi antarumat beragama di wilayah tersebut cukup tinggi.
Warga di sana hidup bergotong royong dan saling membantu dalam setiap kegiatan.
Mereka hidup berdam-pingan tanpa ada diskriminasi.
Kampung Sawah juga sering dijadikan tempat studi banding tentang kerukunan umat beragama, dari dalam maupun luar negeri. Misalnya, dari
Kedutaan Besar Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
Gejolak keagamaan, lanjut Bang Pepen, umumnya terjadi karena masalah persepsi.
Pelurusan dan penyamaan persepsi itu yang kini sedang dibangun Pemerintah Kota Bekasi.
Untuk mewujudkannya, Rahmat Effendi membentuk Majelis Umat sebagai perpanjangan dari Forum Komunikasi Umat Beragama.
Majelis itu menjadi motor toleransi karena hadir hingga tingkat kelurahan.
"Majelis Umat itu beranggotakan para tokoh dari semua agama. Mereka hadir hingga tingkat kelurahan sehingga bersentuhan langsung dengan masyarakat. Majelis Umat menjaga umat tiap-tiap agama dengan membimbing umat mereka menjaga nilai-nilai pluralisme yang diajarkan agama masing-masing," ujarnya.
Rahmat kini sedang menunggu izin dari Gubernur Jawa Barat untuk keberangkatannya ke Vatikan tersebut.
Ia mengaku tak sendirian ke sana.
Dia akan ditemani putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, dan seorang pengamat atau pemerhati toleransi antaragama.
(J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved