Ada Kawasan Bisnis di Stasiun MRT

Yanurisa Ananta
06/3/2017 08:31
Ada Kawasan Bisnis di Stasiun MRT
(Sumber: PT MRT Jakarta/Foto: AFP/Grafis: Ebet)

PT Mass Rapid Transportation (MRT) Jakarta akan membentuk konsorsium dengan mekanisme kerja sama bisnis bersama sejumlah pengembang di setiap stasiun kawasan transit oriented development (TOD).

PT MRT melakukan pembicaraan dengan pengembang tahun ini dengan harapan agar konstruksi pembangunan kawasan bisnis di TOD bisa dimulai pada 2018.

"Saat MRT beroperasi pada 2019, interkoneksi moda transportasi atau ritel, semua sudah siap," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Syahbandar, akhir pekan lalu.

Secara keseluruhan akan ada 13 stasiun dengan model TOD yang dilalui kereta MRT, di antaranya TOD di stasiun MRT Dukuh Atas dan stasiun MRT Haji Nawi. Di stasiun TOD tersebut akan dibangun kawasan area bisnis yang melibatkan ritel, periklanan, ataupun aspek telekomunikasi. Lokasi area bisnis berada pada radius 300-500 meter sekitar stasiun.

Namun, pembangunan kawasan bisnis di setiap stasiun TOD MRT tidak akan sama. Stasiun Dukuh Atas, misalnya, akan lebih mudah pengerjaannya lantaran kawasan bisnis dan bangunan sudah tersedia. Bandingkan dengan kawasan Stasiun Haji Nawi yang membutuhkan waktu untuk urban regeneration.

"Mungkin akan lebih panjang waktunya, tapi semua harus dimulai dari sekarang. Kalau tidak, kita akan terlambat. Kita tidak mau saat operasional nanti masih ada yang bongkar-bongkar," papar William.

PT MRT kini tengah menggodok masterplan terkait dengan mekanisme kerja sama dengan pengembang. Ia meyakini kehadiran akses MRT bisa menjadi investasi karena dengan kian baiknya transportasi, pemasukan pengembang sekitar juga turut melonjak.

Diatur pergub
Payung hukum mekanisme kerja sama terkait dengan penyelenggaraan sarana, pemeliharaan sarana, dan pengusahaan disusun dalam bentuk peraturan gubernur (Pergub).

Selain itu, PT MRT menunggu rampungnya aturan terkait dengan perjanjian penyelenggaraan. Seluruhnya ditargetkan selesai tahun ini.

Di stasiun model TOD itu akan ada setidaknya lima moda transportasi saling berkumpul di jalur yang berbeda. Di antaranya kereta bandara, Kereta Cepat Jakarta (KCJ), light rail transit (LRT), MRT, dan bus Trans-Jakarta.

Bus Trans-jakarta sendiri telah terintegrasi sempurna dengan MRT melalui sejumlah halte di Bundaran HI, Dukuh Atas, Blok M, Sisingamangaraja, dan Lebak Bulus.

Pengaturan interkoneksi moda transportasi yang baik di tiap TOD, menurut William, akan memperbaiki mobilitas warga menjadi lebih baik. Konsekuensinya, mobilitas bisnis akan semakin lancar. Tanpa TOD, pembangunan MRT hanya semata urusan transportasi.

"Pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI harus membuat kebijakan untuk mengelola TOD ini. Kami akan melaksanakan dan sekarang ini sedang menyiapkan masterplannya," tukas William.(Aya/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya