Dari Ojek Online hingga Biayai Pesantren

Akmal Fauzi
01/3/2017 09:31
Dari Ojek Online hingga Biayai Pesantren
(MI/Galih Pradipta)

ENDANG Irawan tiada putus bersyukur. Dari penghasilannya sebagai ojek online (daring), ia mampu mengembangkan pondok pesantren miliknya di kawasan Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.

Dua tahun bergabung di Go-Jek membawa rezeki untuk Pondok Pesantren Nurul Iman yang dimilikinya. Tak sedikit pelanggan yang kerap memberikan uang lebih dengan tujuan didonasikan kepada pondok pesantren tersebut.

"Cobaan selalu datang, tapi Allah pasti memberikan selalu kasih cobaan melalui hambanya," ucap pria berusia 45 tahun itu saat ditemui di Jakarta, kemarin (Selasa, 28/2).

Sebagai pengojek, ia kerap bertemu sejumlah orang. Perlahan dan pasti berkah datang untuk pesantren. Saat mendapatkan orderan dan mengantar, Endang kerap menceritakan pesantrennya.

Hal itu dilakukan bukan untuk meminta sumbangan, melainkan hanya bercerita sambil mengisi waktu sambil di perjalanan. Namun, tak disangka, hal itulah yang membawa rezeki bagi Pondok Pesantren Nurul Iman tersebut.

Tak sedikit pelanggan yang memberikan uang lebih untuk didonasikan kepada pondok pesantrennya. Meskipun tidak semua memberikan sumbangan, banyak yang ikut mendoakannya. "Saya yakin kekuatan dengan doa itu, pesantren kami dapat berkembang," ujar Soplo, sapaan Endang.

Peristiwa yang paling berkesan ialah saat menerima order dari anggota kepolisian. Hingga kini polisi yang tidak mau disebut identitasnya itu rutin mendonasikan Rp350 ribu setiap bulan selama satu tahun terakhir ini. "Bahkan namanya pun tidak tahu, cuma tahu dia anggota di Polda Metro Jaya," kata Soplo.

Sebelumnya, Endang bekerja sebagai teknisi di bidang kelistrikan selain ojek online. Kini dia memutuskan untuk fokus di Go-Jek karena lebih fleksibel dalam hal jam kerja. Kondisi itu dianggap sebagai keuntungan karena Endang bisa lebih leluasa mengurus pondok pesantren yang dia dirikan.

Saat ini pondok pesantren itu sudah memiliki 120 santri dengan usia antara 9 hingga 20 tahun. Beberapa santri berasal dari luar Bogor, seperti Surabaya, Jawa Timur, Sumatra, dan Kalimantan. Pesantren itu sudah melahirkan 10 penghafal Alquran.

"Enam orang masih di pesantren karena aturannya mereka harus membantu santri lain selama tiga bulan, baru bisa dapat ijazah," ujarnya.

Sebagai driver Go-Jek dia memberikan 'keistimewaan' bagi anak-anak sesama driver yang meninggal dunia saat bertugas. Anak-anaknya akan diberi beasiswa penuh selama menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Iman.

"Kami selalu terbuka untuk mereka (anak-anak driver Go-Jek yang meninggal dunia), yang penting mereka mau belajar dengan baik saja," tutup Endang. (J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya