Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
BUS Jabodetabek Residence Connexion (JRC) telah mulai beroperasi sejak peluncuran pada 10 Februari 2017.
Masyarakat yang tinggal di perumahan mewah pinggiran Jakarta menyambut positif meski belum menggunakannya.
"Saya sudah dengar launching bus JRC dari Cibubur ke Sudirman. Bagus sekali, saya akan cari tahu lagi. Kalau memang lebih lancar, tentu akan saya coba," terang Sringenana, warga yang tinggal di Perumahan Pelni, Cibubur, Depok.
Pertimbangan Sringenana ialah kelancaran. Soal ongkos tidak menjadi masalah baginya.
Macet memang membuat mobilitas warga dan pekerja di Jakarta cenderung terburu-buru.
Waktu sepertinya terus mengejar membuat warga terengah-engah dan tiba di kantor dalan keadaan lelah.
Kombinasi terburu-buru hingga terengah-engah kerap membuat stres.
Hal itu tampak dari hasil survei Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) yang dilakukan enam bulan lalu.
Hasilnya, mayoritas penghuni permukiman kelas menengah atas di pinggiran Jakarta mengatakan bersedia menggunakan bus JRC dengan biaya berapa pun asal bisa terbebas dari stres.
"Dari yang kami survei, banyak keluarga yang bilang mau berapa saja ongkosnya asal tidak bikin stres," kisah Kepala BPTJ Elly Adriani Sinaga, kemarin.
BPTJ dan operator diberi keleluasaan dalam menentukan ongkos layanan JRC dari area permukiman ke lokasi tujuan dengan nyaman.
Elly memperhitungkan jika sekali jalan bus dihargai Rp20 ribu-Rp25 ribu, artinya untuk pulang dan pergi mereka harus mengeluarkan uang sebesar Rp50 ribu.
Harga itu tidak menjadi masalah bagi masyarakat kelas menengah ke atas.
Elly menjanjikan dengan harga itu penumpang mendapat fasilitas wi-fi, kursi yang nyaman, dan penyejuk ruangan selama perjalanan.
Penyediaan wi-fi memudahkan penumpang untuk bekerja dari dalam bus.
Bus ukuran sedang dengan kapasitas 30-40 itu juga menyediakan displai elektronik yang menunjukkan lokasi bus tengah melaju.
Sopir yang mengendarai sudah mendapat gaji resmi sehingga potensi untuk curi-curi ambil penumpang di tengah perjalanan dapat diminimalkan.
Dampaknya akan sangat memangkas waktu perjalanan meski macet tetap tidak bisa dihindari.
"Bagi penghuni permukiman di kawasan mewah yang penting time table-nya. Bus harus datang dan berangkat tepat waktu. Mereka ingin tepat waktu sampai tempat kerja. Jangan sampai pada telat," lanjut Elly.
Bayar pakai kartu
Sistem pembayaran ongkos JRC tidak dilakukan secara tunai.
Akan disediakan satu kartu untuk pengisian saldo per bulan.
Kartu tersebut tinggal ditempel pada mesin electronic data capture (EDC). Secara otomatis saldo penumpang berkurang.
Sistem tersebut juga dirancang untuk memastikan penumpang mendapat nomor kursi.
Penumpang tidak diperbolehkan berdiri saat bus berjalan.
"Tidak boleh ada yang berdiri. Semua harus duduk. Kalau sudah terisi bus harus jalan," imbuhnya.
Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna menekankan, dalam menawarkan layanan JRC, BPTJ dan PO harus mampu memainkan rasionalitas warga Jakarta yang cenderung menggunakan otak sebelah kiri alias hitung-hitungan.
Jika pemerintah menyuntikkan subsidi agar ongkos lebih murah, itu akan membuat masyarakat lebih tertarik.
"Mainkan pada angka. Kalau tarif JRC Rp50 ribu sehari, artinya Rp1,5 juta sebulan. Jika dibandingkan dengan menggunakan sopir, belum lagi biaya tol, biaya bensin itu sudah Rp2,5 juta. Angka itu sudah sama saja seperti bayar cicilan apartemen," tandas Yayat.
Untuk memperlancar jalannya bus, menurut rencana, BPTJ akan memberlakukan contraflow (lawan arus) di jalan Jakarta menuju Bogor. Namun, hal itu masih dalam perencanaan.
"Banyak hal yang harus disiapkan termasuk pemasangan pembatas jalan," imbuh Elly. (Aya/J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved