Belum Maksimal pun sudah Disukai

MI
09/1/2017 09:49
Belum Maksimal pun sudah Disukai
(MI/Ramdani)

SETELAH diresmikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di penghujung 2016, Terminal Bus Terpadu Pulo Gebang kian ramai dikunjungi penumpang. Namun, sarana dan prasarana di sana belum berfungsi secara maksimal.

Dari pantauan Media Indonesia, ruang kesehatan dan laktasi di lantai 2 terkunci sejak pagi hingga siang. Ruang itu baru dibuka sekitar pukul 13.00 saat Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono berkunjung ke sana. Kalau tidak ada kunjungan pejabat ke sana, tetap dikunci atau tidak. Padahal, kedua ruangan itu amat dibutuhkan penumpang jika terjadi keadaan darurat.

Sebelum ada kunjungan Sumarsono, dua eskalator di depan ruangan itu tidak berfungsi. Jadi, meskipun kedua ruangan terbuka untuk digunakan, pengunjung yang sakit atau ibu menyusui yang menggendong anak akan kesulitan menuju dua ruangan itu.

Fasilitas lain yang masih kurang ialah keberadaan keran wudu di Masjid Darul Musafirin. Masjid yang berada di lantai satu itu luas dan nyaman untuk salat, tapi hanya memiliki empat keran di tempat wudu pria. Hal ini menyebabkan antrean panjang di setiap awal waktu salat, terutama saat magrib.

Dalam keadaan fasilitas yang belum optimal itu, pengunjung seperti pengemudi, penumpang, dan pedagang tetap mengaku puas. Sopir Koperasi Wahana Kalpika (KWK) jurusan Tanjung Priok-Pulo Gebang, M Pangaribuan, 45, membandingkan keadaannya sebelum dan sesudah di Pulo Gebang. "Dulu angkot saya cuma narik trayek Tanjung Priok-Cakung. Di Cakung, kami ngetem di pinggir jalan sehingga becek, panas, dan terancam terserempet mobil-mobil besar," ungkapnya.

Pria yang menjadi sopir sejak 2005 itu menambahkan sejak jalur trayek diperpanjang sampai ke Terminal Pulo Gebang, ia dan rekan-rekannya bisa menunggu penumpang dengan nyaman.

"Di sini enak, suasananya nyaman, banyak angin, banyak tempat istirahat," katanya.

Hal senada disampaikan buruh, Abdul, 56. Jika sedang tidak bekerja di pabrik, ia menemani istrinya berdagang di bazar lantai 1. "Sampai saat ini masih gratis. Kalau nanti sudah dimintai iuran rutin, saya tetap mau berdagang di sini," harapnya.

Ia membantu istrinya menyiapkan dagangan setiap pagi, yakni kopi, roti, dan nasi uduk. "Bus malam dari daerah datang ke sini sejak subuh. Orang-orang banyak yang mencari sarapan," tutur Abdul. Sebelum menempati salah satu kios di bazar ini, Abdul dan istrinya berjualan di pinggir jalan dekat terminal.

PD Pasar Jaya mengajak pedagang pasar dan lainnya di sekitar terminal untuk mengisi bazar di lantai 1 Terminal Pulo Gebang secara gratis sampai batas waktu yang belum ditentukan. Ada pedagang tas, pakaian, pernak-pernik daur ulang, dan yang terbanyak, tentu saja, makanan.

"Kami berharap jika sudah benar-benar ramai, tetap diperbolehkan berjualan di sini. Jangan habis manis kami dibuang," ujar Rosid, pedagang lainnya. (Ismail Al’alam/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya