Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Agus Anggap Tudingan Dinasti Politik tidak Berdasar

Erandhi Hutomo Saputra
04/1/2017 12:54
Agus Anggap Tudingan Dinasti Politik tidak Berdasar
(Ilustrasi)

TUDINGAN yang menyebut calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono sebagai ancaman dinasti politik baru di Ibu Kota ditepis juru bicara Agus-Sylvi, Rico Rustombi. Rico menyebut tudingan tersebut sebagai tudingan yang sumir dan tidak berdasar.

"Itu tudingan yang sumir dan tidak mendasar," ujar Rico saat dihubungi Media Indonesia di Jakarta, Selasa (3/1) malam.

Rico menjelaskan sumir dan tidak jelasnya tudingan it karena tiga alasan. Pertama, Agus tidak melakukan dinasti politik melainkan regenerasi politik.

Dinasti politik, kata Rico, yakni praktik yang cenderung untuk melanggengkan kekuasaan melalui jalur keturunan langsung. Sedangkan Agus tidak melanjutkan kekuasaan di DKI Jakarta karena Gubernur petahana tidak ada hubungan berdasarkan garis darah dengan Agus.

"Agus maju secara profesional. Kalau dia (Agus) memenangkan jabatan itu (Gubernur DKI Jakarta), dia (Agus) memenangkan secara fair dalam kontestasi demokrasi yang terbuka, bukan anugerah keturunan," jelas Rico.

Alasan kedua, terkait tuduhan memanfaatkan nama Yudhoyono menurut Rico adalah hal yang sah dilakukan asalkan sesuai aturan. Terlebih, Agus adalah anak kandung Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono sehingga wajar Agus menyandang nama Yudhoyono.

"Sejauh Yudhoyono tidak merasa dirugikan ya tidak masalah," cetusnya.

Adapun alasan ketiga yang menyebut pemilihan Agus tidak transparan menurut Rico sebagai tuduhan yang konyol. Sebab, proses pemilihan Agus dilakukan setelah empat partai pengusung (Demokrat, PPP, PAN, dan PKB) intens melakukan komunikasi politik atau proses demokrasi deliberatif yang terbuka.

"Mana mungkin parpol-parpol pendukung itu mau mendukung Agus kalau pencalonannya tidak transparan. Ada proses diskusi politik yang transparan di antara parpol pendukung," pungkas Rico. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya