Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
WULAN, 29, kemarin, hanya bisa celingak-celinguk kebingungan begitu turun di Stasiun Jakarta Kota.
Setelah turun dari commuter line, ibu rumah tangga asal Bogor, Jawa Barat, itu ingin melanjutkan perjalanan dengan bus Trans-Jakarta ke kawasan perbelanjaan Mangga Dua.
Namun, di stasiun itu tak ditemukan papan petunjuk lokasi halte bus Trans-Jakarta.
Setelah berkeliling dan bertanya terus kepada setiap orang yang ditemui, akhirnya ia bisa sampai ke tangga menuju terowongan yang mengarahkannya ke halte Trans-Jakarta.
Sebenarnya jarak antara Stasiun Jakarta Kota dan halte bus Trans-Jakarta hanya sekitar 200 meter.
Namun, minimnya papan petunjuk akan membuat siapa pun yang pertama kali menginjakkan kaki di kawasan itu kebingungan.
"Jadi, bikin bingung ya. Saya baru pertama kali ke sini, apalagi enggak sama suami. Tadi hampir saja mau jalan di jalur bus Trans-Jakarta karena saya yakin jalur itu pasti akan ke arah halte, tapi untung tadi ada orang yang kasih tahu penyeberangannya lewat terowongan," ungkap Wulan.
Wulan rupanya tak sendirian.
Di pintu keluar stasiun, tak sedikit warga yang bertanya kepada petugas tentang letak halte Trans-Jakarta.
"Dari stasiun, papan petunjuknya jauh di luar stasiun, letaknya dekat pertigaan jalan. Dari situ kita masih harus masuk terowongan, sedangkan untuk fasilitas dari stasiun ke halte pun lumayan jauh jalan kakinya. Kesimpulan saya, fasilitas transit ganti angkutan begini masih setengah-setengah," tandas Wulan.
Bikin macet
Kesulitan yang sama juga dirasakan Fadli, 27, yang biasa turun di Stasiun Manggarai seusai menaiki commuter line.
Karyawan swasta yang tinggal di Cakung itu merasa Pemerintah Provinsi DKI masih setengah hati dalam memberikan pelayanan.
Ia mengaku selalu tak enak hati saat akan menggunakan bus Trans-Jakarta menuju tempatnya bekerja di Tebet.
Bus tersebut masih menggunakan badan jalan untuk menunggu penumpang.
Apalagi, armada bus yang tersedia di kawasan stasiun itu cukup banyak karena melayani dua rute, Stasiun Manggarai-UI Depok dan Stasiun Manggarai-Blok M.
Di jam sibuk, kemacetan pun tak terelakkan.
"Saya kerja di Jalan Saharjo, Tebet. Kalau turun di Stasiun Tebet, tanggung. Maka itu naik bus ini, tapi tiap lihat kemacetan gara-gara bus ini parkir di badan jalan, jadi enggak enak hati sama pengendara lain. Busnya besar sementara jalan depan stasiun ini kecil," ujar Fadli.
Kondisi yang sama juga ia lihat di Stasiun Palmerah. Ada tiga rute bus Trans-Jakarta yang melewati Stasiun Palmerah, yakni Kebayoran Lama-Tanah Abang, Stasiun Palmerah-Bundaran HI, dan Stasiun Palmerah-Tomang.
Di situ bahkan tak ada halte khusus bus Trans-Jakarta.
Petugas menggunakan halte biasa yang sejak lama sudah ada di situ untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
Fadli pun berharap Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta serta PT KAI bisa melengkapi fasilitas transit di Stasiun Manggarai dan Stasiun Palmerah seperti halnya di Stasiun Tebet dan Stasiun Juanda.
Di kedua stasiun itu, PT Transportasi Jakarta menyediakan akses jalan menuju halte bus.
Di Stasiun Tebet, akses jalan menuju halte bus Trans-Jakarta nonkoridor menuju Kuningan dan Kampung Melayu bisa dijangkau dengan hanya menyeberang jalan.
Aksesnya pun sudah aman karena pelintasan sebidang sudah ditutup. (Put/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved