Di Gang Sempit, Kapten Pincang Tersungkur

29/12/2016 08:19
Di Gang Sempit, Kapten Pincang Tersungkur
(MI/Susanto)

RAMLAN Butar-butar yang tersohor dengan sebutan kapten pincang, pelaku utama kasus pembunuhan keluarga Dody Triono di Pulomas, Jakarta Timur, meregang nyawa ditembak petugas. Gang sempit selebar 1,2 meter di Jalan Kalong RT08/02, Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi menjadi saksi bisu penangkapan yang menewaskan Ramlan.

Peristiwa yang terjadi, kemarin, sekitar pukul 14.00 WIB, berjalan begitu cepat. Petugas yang mengendus keberadaan pelaku di sana, mendobrak salah satu pintu kontrakan di dalam gang tersebut. Suara tembakan terdengar dan tak lama garis polisi pun terbentang.

Anyih Hanif, Ketua RT setempat pun tak mengetahui persis kejadian yang terjadi di wilayahnya. Ia baru mengetahui setelah terdengar suara tembakan. Bahkan dirinya sempat mengira ada penangkapan teroris di kampungnya, seperti yang marak terjadi belakangan. “Sebab tidak ada koordinasi juga dari petugas dengan saya,” ungkap Anyih, kemarin.

Anyih yang sudah menjabat RT sejak tiga tahun terakhir mengaku, salah satu penghuni kontrakan tersebut memang warganya. Dia sudah mendiami salah satu kontrakan di sana sekitar satu tahun lalu. Sebelum tinggal di sana, ia sempat melaporkan diri dan tercatat dengan nama Ramlan Butar-butar asli Medan, Sumatra Utara.

Ramlan memperkenalkan nama panggilannya dengan Sibutar-butar. Saat pelaporan itu, Sibutar-butar mengaku hanya tinggal seorang diri, tidak memiliki istri dan anak. Karena itu, Anyih tidak tahu identitas dugaan pelaku perampokan di Pulo Mas lainnya yang ditangkap petugas.

“Saya hanya tahu satu orang yang mengontrak, tidak ada lagi yang lain sepertinya temannya atau kerabatnya yang datang baru tiba sekitar Minggu (25/12), namun belum lapor,” jelas pria yang tinggal sekitar 50 meter dari lokasi penangkapan.

Sepengetahuan Anyih, Sibutar-butar berprofesi sebagai sopir angkutan umum K-11 jurusan Bantargebang-Terminal Bekasi. Anyih mengaku hanya sempat bertegur sapa sekedarnya seusai Sibutar-butar selesai mengemudikan angkot sekitar pukul 22.00. Meski terlihat garang dengan tato ular di tangannya, menurut Anyih, Sibutar-butar cukup ramah. “Saya tidak pernah ngobrol mendalam, namun dia cukup ramah, sering bertegur sapa,” ungkap Anyih.

Dari keterangan warga, penangkapan berlangsung sangat cepat. Puluhan polisi berpakaian preman tiba ke lokasi menggunakan tiga unit mobil. Mereka bergegas ke rumah kontrakan yang disewa Sibutar-butar.

“Saat polisi masuk, warga diminta menjauh dari lokasi kejadian. Lalu terdengar ada yang teriak dan bunyi tembakan sebanyak empat kali, dan dua orang lelaki tersungkur di gang,” ujar Herman, warga sekitar.

Dari keterangan perwira menengah dari Polres Metro Kota Bekasi yang ikut menyelidiki kasus ini, Sibutar-butar merupakan residivis kambuhan sejak 2014. (Gana Buana/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya