Macet lagi gara-gara Karpet di Trotoar

Budi Ernanto
26/12/2016 00:50
Macet lagi gara-gara Karpet di Trotoar
(MI/ROMMY PUJIANTO)

TABIAT sebagian pe-dagang di Ibu Kota memang betul-betul buruk.

Tak peduli dengan hak orang lain, mereka seenaknya menyerobot trotoar untuk menggelar dagangan, salah satunya di Jl Basuki Rachmat, Jakarta Timur.

Trotoar pun dibajak untuk menggelar karpet.

Meski sudah pernah ditertibkan, pedagang karpet di Jl Basuki Rachmat tetap saja membandel.

Belasan penjual menggelar jualan mereka hingga menutup trotoar yang hanya selebar 1,5 meter.

Otomatis, keselamatan para pejalan kaki terancam karena mereka terpaksa sering melangkah di jalur kendaraan bermotor.

Tak cuma itu, banyak pemilik kendaraan yang berhenti hingga parkir di pinggir jalan hanya untuk belanja karpet.

Padahal, di sepanjang jalan itu sudah dipasang larangan parkir dan berhenti.

Pada Sabtu dan Minggu, banyak kendaran diparkir di sepanjang Jl Basuki Rachmat baik arah Bekasi maupun ke Tebet.

Kemacetan pun tak terhindarkan, biasanya terjadi mulai pukul 09.00 WIB hingga sore hari.

Beberapa yang menjual karpet di trotoar sebenarnya merupakan kepanjangan tangan para pedagang yang memiliki toko permanen di Jl Basuki Rachmat.

Edi, pemilik Toko Solihat, mengatakan dirinya juga menyalurkan karpet ke sejumlah pedagang yang berjualan di trotoar.

Menurutnya, itu hanya strategi bisnis.

Walau memiliki lapak resmi untuk berjualan, toko milik Edi juga mencaplok jalur yang harusnya diperuntukkan bagi pejalan kaki.

Saat ditanya apakah tidak ada dari pihak pemda yang menegur, Edi menjawab lahan yang dipakai untuk menggelar dagangan masih merupakan miliknya.

"Kalau yang diaspal, barulah itu punya pemerintah," cetusnya.

Namun, ia menyatakan bersedia jika ada pihak berwenang seperti dari kelurahan atau kecamatan memintanya untuk memasukkan dagangannya ke toko.

Hanya saja, hal itu seingatnya tidak pernah dilakukan selama setahun terakhir ini.

Rio, salah satu pedagang yang berjualan di trotoar, juga mengaku sangat jarang ada penertiban yang dilakukan aparat.

Sebenarnya, yang memancing masyarakat untuk memarkir kendaraan di sepanjang Jl Basuki Rachmat tidak hanya karpet.

Ada pula pedagang mainan yang memajang dagangan hingga menjorok ke luar ruko.

Menurut Didi, salah satu penjual mainan, awalnya dia menempati Pasar Jaya Cipinang Besar yang berjarak 650 meter dari tempatnya berdagang saat ini. Hanya saja, jualan di Pasar Jaya tidak ada pembeli.

"Masyarakat lebih suka cara pembelian yang mudah, tanpa harus parkir dan turun dari kendaraannya. Kalau di Pasar Jaya, mereka kan harus parkir."

Tinggalkan pasar

Ana, kepala pengelola Pasar Jaya, mengatakan sudah tiga tahun Pasar Jaya ditinggalkan para pedagang mainan.

Mereka kembali lagi ke tempat asal karena merasa tidak pernah mendapat untung.

"Para pedagang mainan hanya menempati kios di Pasar Jaya sekitar 6 bulan. Memang 6 bulan mereka mendapat kesempatan bebas biaya sewa tempat, setelahnya, ya bayar, tapi hanya Rp300 ribu per bulan."

Adapun untuk pedagang karpet, Ana mengatakan ketika biaya sewa digratiskan, hanya belasan kios yang terisi.

Masalahnya, kios sangat sempit, hanya 4 m2 sehingga tidak bisa dipakai untuk menggelar karpet.

Dia mengaku sudah beberapa kali berdiskusi dengan pihak kelurahan, kecamatan, hingga pemkot untuk bisa memasukkan lagi para pedagang ke Pasar Jaya.

Satu permintaan Ana pun dikabulkan, yakni pemasangan larangan parkir dan setop untuk mencegah masyarakat belanja di pinggir jalan.

Tapi, itu dirasa percuma karena penegakan hukumnya tidak ada.

Memang sempat ada penderekan oleh Dishubtrans, tapi itu pun hanya sesaat.

Camat Jatinegara Nasrudin Abu Bakar berdalih bahwa ada peraturan yang memperbolehkan pedagang berjualan di atas trotoar selama masih menyediakan ruang untuk pejalan kaki.

Menurutnya, pedagang karpet maupun mainan juga tidak ada yang turun ke jalan.

"Hanya saja parkir kendaraan para pembelinya memang yang bikin masalah." (X-8)




Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya