Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Empat laki-laki, salah satunya berjaket hijau, penanda dirinya pengendara ojek daring, berbincang santai dalam warung kopi seluas 4 meter persegi di Jalan Kebon Pala 1, Jatinegara, Jakarta Timur. Ia bercerita baru saja diomeli penumpang karena harus menunggu lama. “Padahal sudah dikasih tahu, maaf tunggu 3 menit ya, Pak. Soalnya saya kena macet. Tapi, masih saja disemprot,” kata pria yang bernama Ujang itu.
Tidak sampai 5 menit, topik pembicaraan sudah lain lagi. Kali ini soal pejabat yang ditangkap karena dugaan korupsi.
Ujang berkisah, dia dan teman-temannya memang selalu berbagi cerita di warung kopi yang mereka sebut Peron, singkatan dari Persatuan Ojek Online itu. Peron merupakan salah satu dari banyaknya markas pengendara ojek online yang awalnya merupakan warung kopi yang terserak di penjuru Jakarta. Terdapat spanduk bertuliskan ‘Peron’ di sana.
“Di sini ngobrol-ngobrol saja sembari menunggu datangnya panggilan penumpang. Paling-paling isi daya baterai, pastinya sih ngopi. Tidak bisa tidur, soalnya sempit, hehehe,” kata Ujang.
Arena curhat
Di dekat Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, terdapat pula Warung Babeh yang juga menjadi tempat rehat sekaligus menunggu penumpang para pengendara ojek online. Di situ berkumpul semua pengendara ojek berbasis aplikasi; Gojek, Uber, dan Grab. Ada juga spanduk besar yang jadi penanda bahwa itu pangkalan pengendara ojek online.
Seperti halnya di Peron, aktivitas di Warung Babeh lebih didominasi perbincangan seputar rutinitas mengantar penumpang. Ada yang bersemangat karena baru saja mengantar perempuan cantik atau justru mengeluhkan lelahnya badan karena menempuh perjalanan jauh.
“Sebenarnya di sini ada juga papan catur. Tapi, jarang yang main karena nganter penumpang. Paling-paling setiap malam ada yang nyanyi di kafe di belakang Warung Babeh. Kalau mau nyanyi harus bayar Rp1.000 per lagu,” kata Andri, pengendara Grab.
Sementara itu, Muhammad, juga dari Grab, menjelaskan, warung kopi dan sebangsanya yang awalnya sekadar tempat berkumpul, akhirnya membuat mereka tidak lagi nongkrong di trotoar sembari menunggu order.
Karena bukan sekali dua kali mereka diomeli petugas Dinas Perhubungan dan Transportasi serta polisi karena mengokupasi hak pejalan kaki. “Bahkan kami juga kena tegur masyarakat. Karena itu, ketimbang bikin malu,, kami bikin pangkalan yang tidak ganggu orang jalan,” kata Muhammad. (Budi Ernanto/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved