ITF Sunter, Proyek Terbengkalai yang Dilanjutkan

Ilham Wibowo
16/12/2016 11:49
ITF Sunter, Proyek Terbengkalai yang Dilanjutkan
()

PROYEK teknologi pengolahan sampah dalam kota atau Intermediate Treatment Facility (ITF) di kawasan Sunter, Jakarta Utara diketahui sempat terbengkalai. Rencana pembangunan awal, seharusnya proyek ini sudah dilakukan pada 2012 silam.

Proyek ini baru bisa kembali dilanjutkan setelah terbit UU No 18/2016 tentang percepatan pembangunan pembangkit listrik berbasis sampah (PLTSa) yang diterapkan di ibu kota dan enam kota besar lainnya.

Kemudian, Pemerintah DKI Jakarta pun menerbitkan Pergub No.5/2016 tentang pembangunan pengelolaan sampah di dalam kota dengan menugaskan PT Jakarta Propertindo (JakPro) sebagai pembangun.

Kepala Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan Pemprov DKI harus punya komitmen kuat menyelesaikan masalah sampah perkotaan.

Menurutnya, proyek ITF merupakan bagian dari grand desain penghijauan kota yang mesti segera dilaksanakan.

"Sebenarnya boleh dikatakan kita terlambat dalam membangun ITF bila dibandingkan negara maju seperti Jepang, Eropa, Korea. Kita sangat terlambat, Tiga-Empat tahun lalu kita harusnya sudah mulai," kata Isnawa di Balai Kota, Jumat (16/12)

Keterlambatan pembangunan ini lantaran proses lelang yang pertama kali dilakukan pada 2011 ini tidak membuahkan hasil yang baik.

Menurut Isnawa, proyek pengolahan sampah secara mandiri ini pun akhirnya gagal dilanjutkan.

"Kita tahu ada namanya lelang Sunter tapi akhirnya dibatalkan. Memang rekomendasinya ada ketidakkonsistenan dalam metode pemilihannya," kata Isnawa.

Setelan aturan percepatan pembangunan PLTSa diterbitkan, PT JakPro sebagai perusahaan BUMD DKI melakukan kerja sama dengan Fortum Finland.

Sebuah perusahaan milik Pemerintah Finlandia yang telah menangani sampah di 30 negara Eropa dan Asia. Fortum Finland menyanggupi menyelesaikan proyek ini pada 2019.

"Saya yakin apa yang sudah dipilih JakPro kerja sama dengan Fortum Finland ini tentunya sudah melalui proses pemilihan teknologi sangat ketat," kata Isnawa.

Menurut Isnawa, Fortum Finland merupakan satu dari 250 perusahaan yang mengajukan proposal untuk kelanjutan proyek teknologi ITF.

Terpilihnya Fortum Finland ini juga lantaran jaminan teknologi yang mampu mengolah sampah hingga 2200 ton per hari. Proyek investasi senilai Rp3 triliun ini juga diproyeksikan menghasilkan energi listrik sebesar 40 Mega Watt untuk kebutuhan Indonesia.

"Perusahaan WTE (waste to energy) yang mempunyai teknologi bagus masuk ke Jakarta, akhirnya terpilihlah Fortum Finland," ujarnya. (MTVN/OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya