Terminal Pulo Gebang belum Siap

08/12/2016 05:30
Terminal Pulo Gebang belum Siap
(ANTARA/WAHYU PUTRO A)

KEMEGAHAN Terminal Terpadu Pulo Gebang, di Cakung, Jakarta Timur, sudah terlihat dari jauh. Terminal itu disebut-sebut sebagai terminal terbesar se-Asia Tenggara.

Melongok ke dalamnya terkesan lebih menyerupai mal daripada terminal. Terminal itu bertingkat empat yang memiliki sarana lift, eskalator, pintu otomatis, dan kamera pengawas atau CCTV. Lantainya berkeramik dan memiliki pendingin (AC) di ruang tunggu penumpang.

Ada empat blok gedung di paling atas. Tiap blok memiliki fungsi berbeda. Di Blok A diperuntukkan tempat istirahat awak bus AKAP. Blok B difungsikan sebagai ruang tunggu penumpang. Blok C merupakan gedung bagi area kedatangan bus AKAP dan bus dalam kota. Blok D merupakan gedung bagi area bus Trans-Jakarta. Blok itu merupakan tempat beroperasinya Trans-Jakarta koridor 11, yang melayani rute Kampung Melayu-Pulo Gebang.

Sayangnya, saat memasuki lebih dalam dan mencoba fasilitas yang ada di sana banyak yang belum beroperasi. Bangunan empat lantai di sana masih banyak yang kosong.

Kondisi itu bertolak belakang dengan keinginan pemerintah yang ingin segera mengoperasikan terminal terpadu yang modern itu secara optimal. Apalagi, 20 Desember nanti itu akan diresmikan.

Terminal Pulo Gebang memang sudah dioperasikan sejak tahun lalu. Namun, secara umum terminal yang dibangun pada 2010 tersebut jauh dari laik. Mulai eskalator yang belum berfungsi semuanya, papan penunjuk arah yang masih berupa kertas, hingga tiket online yang disebut-sebut sebagai keistimewaannya tidak berfungsi.

Kepala Satuan Pelaksana Sarana dan Prasarana Unit Pengelola Teknis (UPT) Terminal Terpadu Pulo Gebang Piten Sagala mengakui hal itu. Ia menyebutkan beberapa fasilitas masih sebatas simulasi.

“Seperti papan penunjuk arah masih menggunakan kertas itu masih simulasi. Semoga minggu depan sudah ada papan informasi permanen,” harap Piten, saat ditemui, kemarin.

Pemandangan lain yakni saat calon penumpang masuk ke terminal. Mereka sudah dihadang para petugas perusahaan otobus (PO) yang menawarkan tiket. Petugas PO sedikit memaksa calon penumpang membeli tiket, seperti yang terlihat di terminal lainnya.

Padahal, terminal tersebut digadang-gadang bakal berbeda dengan terminal lainnya. Penumpang cukup pesan tiket bus melalui online, seperti halnya bandar udara. Datang ke terminal sudah membawa tiket dan tinggal konfirmasi ke PO terkait.

“Kalau sudah ada tiket online, tidak ada lagi seperti itu (ditawari petugas PO),” ujar Piten.

Piten menjelaskan saat ini baru ada sebanyak 69 PO yang sudah beroperasi di sana. Namun, PO itu belum memiliki loket permanen. Mereka hanya membuka lapak dengan menggunakan meja. Terminal dengan luas lahan 12,6 hektare dan luas bangunan 5,4 hektare itu layaknya gedung kosong. (Mal/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya