Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
"KALAU bidan, pasti saya kasih diskon. Bidan kan ibu-ibu, mereka suka menawar," aku Kartawinata, pemilik apotek di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur, kemarin.
Jawaban itu membuat anggota majelis hakim Pengadilan Negeri Bekasi, Jawa Barat, Nathan Lambe, tergeli-geli hingga bolak-balik memperbaiki posisi duduknya.
Keterangan itu disampaikan Kartawinata saat menjadi saksi dalam sidang lanjutan kasus vaksin palsu dengan terdakwa Nuraini, produsen sekaligus pemasok vaksin palsu ke berbagai apotek dan klinik di Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta.
Kepada majelis hakim, Kartawinata mengaku tak tahu vaksin yang dijualnya kepada konsumen itu palsu. Yang dia tahu, vaksin yang ditawarkan Nuraini kepadanya sangatlah murah.
Vaksin-vaksin itu dibelinya dalam rentang harga Rp25 ribu hingga Rp55 ribu. Padahal ia menjualnya dengan harga pasar, mulai Rp300 ribu.
Mengingat keuntungan yang cukup lumayan, ia tak segan memberi diskon kepada pembelinya. Terutama jika pembelinya bidan, ia membanderol vaksin itu dengan harga Rp275 ribu, lebih murah Rp25 ribu ketimbang pembeli biasa. Jika dibandingkan dengan harga pasaran, harga vaksin palsu itu lebih murah Rp200 ribu-Rp400 ribu daripada yang asli.
Vaksin yang dibelinya dari Nuraini ialah vaksin pediacel, engerix B, dan harvix B. Padahal vaksin itu berisi cairan vaksin DT/TT dan air murni (aquades).
"Tapi dia (Nuraini) bilang ke saya itu vaksin asli. Dia bilang dapat dari RS Hermina. Dia bahkan sampai bersumpah demi Allah," tutur Kartawinata.
Selain Kartawinata, saksi lain yang dihadirkan jaksa dalam persidangan ialah Syafrizal, pemilik apotek di Jakarta Timur yang juga 'guru' Nuraini dalam meracik vaksin palsu.
Di hadapan hakim, Syafrizal mengaku bertemu perempuan lulusan sekolah dasar (SD) itu 16 tahun silam di Pasar Gembrong, Jakarta Timur. Perempuan tersebut tengah berjualan mainan anak-anak di pasar itu.
Lama tak bertemu, mereka kembali bertemu 10 tahun kemudian, tepatnya pada 2010, saat Nuraini mendatangi apoteknya untuk menawarkan vaksin antibiotik.
Karena ditawari vaksin dengan harga murah, Syafrizal akhirnya membangun hubungan bisnis dengan Nuraini. "Selain dari Nuraini, saya juga beli dari Rita. Sama Rita lebih sering, kalau sama Nuraini hanya 3-4 kali," kata Syafrizal.
Ketika diberi kesempatan berbicara, Nuraini mengaku keberatan jika dirinya disebut mendatangi Syafrizal setelah 10 tahun tak bertemu. "Sebenarnya yang datang duluan itu dia (Syafrizal), bukan saya," kata Nuraini.
Hakim Nathan pun kembali tersenyum. "Iya, tidak ada masalah siapa duluan. Intinya kalian saling kenal dan tahu soal jual-beli vaksin palsu," tegasnya. (J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved