Akting Ipan Perdaya Penumpang KRL

Putri Anisa Yuliani
16/11/2016 09:31
Akting Ipan Perdaya Penumpang KRL
(MI/Putri Yuliani)

PERJALANAN Ipan Maulana, 14, menggunakan kereta rel listrik (KRL) dari Stasiun Jakarta Kota menuju Depok pada Senin (14/11) malam terhenti di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. Modusnya yang berpura-pura telantar dan sakit yang telah membuatnya bisa meraup rupiah, kini tak bisa lagi dilanjutkan.

Sebab, akting anak laki-laki berperawakan tinggi kurus dan berkulit hitam serta selalu mengenakan seragam SMP dengan ransel di punggungnya tersebut telah terbongkar. Malam itu petugas keamanan dalam kereta membawa Ipan ke pos kesehatan saat KRL berhenti di Stasiun Manggarai.

Setelah diperiksa, Ipan ternyata tidak sakit apa pun. Sebaliknya, petugas terkejut karena ketika menggeledah anak yang kerap memancing iba penumpang KRL itu, di dalam ranselnya ditemukan uang tunai Rp500 ribu, satu ponsel pintar, power bank, sebungkus rokok, dan kunci sepeda motor.

Padahal, selama menjalankan modus operandi dengan berpura-pura sakit hingga terpincang-pincang dalam KRL, banyak penumpang yang tertipu dan mengulurkan bantuan berupa sejumlah uang agar Ipan bisa pulang ke rumah dan berobat.

Petugas pun segera menghubungi Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 1, Klender, Jakarta Timur. Panti sosial yang berada di bawah Kementerian Sosial itu diharapkan dapat membina anak tersebut.

"Ipan awalnya mengaku harus berjualan tisu agar bisa makan. Ia ditinggal orangtua, tidak punya uang untuk membayar biaya sekolah," jelas Marwiati, Kepala PSAA Putra Utama 1 Klender, kemarin (Selasa, 15/11).

Menurutnya, sebelum membawa Ipan ke pos kesehatan, petugas KRL telah mencurigainya dan terus mengamati tindak tanduk anak itu. Apalagi, anak yang belakangan diketahui merupakan penghuni salah satu panti asuhan di Depok itu kerap berpindah kereta, kemudian berakting kembali mengelabui penumpang.

"Dari hasil pengamatan, petugas menyimpulkan Ipan hanya berpura-pura untuk mendapatkan uang dari penumpang," ujar Marwiati. Untuk meyakinkan penumpang bahwa ia telantar, tambah Marwiati, Ipan juga membawa satu plastik besar tisu untuk dijual. Tisu-tisu itu merupakan pemberian ayah angkatnya, Yana.

Dari telepon seluler Ipan, petugas PSAA dapat menghubungi ibu kandungnya, Wartinah. Sementara dari Yana diperoleh informasi, Ipan biasa merokok. Saban hari Ipan memarkir sepeda motornya di Terminal Depok. Selanjutnya, ia berjualan tisu KRL. Akan tetapi, Yana tidak tahu bahwa Ipan ternyata 'menipu' para penumpang di KRL.

Marwianti akan mengembalikan Ipan kepada orangtuanya, jika mereka bisa bertanggung jawab membina Ipan. Tetapi, berdasarkan informasi, ayah Ipan ternyata sudah meninggal, sedangkan ibunya kini tinggal di Bekasi bersama empat anaknya yang lain. (J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya