Ikrar Nusa Bhakti: Saya Peneliti, bukan Timsesnya Ahok

Astri Novaria
25/9/2016 20:16
Ikrar Nusa Bhakti: Saya Peneliti, bukan Timsesnya Ahok
(ANTARA)

PASANGAN Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (Djarot) masih menempati posisi teratas dalam pertarungan menuju Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Demikian hasil survei yang dilakukan Media Research Center (MRC) yang dirilis di Jakarta, Sabtu (24/9) kemarin.

Dalam survei yang dilakukan terhadap 500 orang responden pada 23-24 September itu, elektabilitas pasangan Ahok-Djarot tetap tinggi yakni 71,6%. Sementara pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Agus Harimurti-Sylviana Murni masing-masing mendapatkan 59,5% dan 53,3%.

"Terlepas tingkat pendidikannya, masyarakat DKI adalah orang yang rasional. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap Ahok-Djarot begitu tinggi, agak sulit (dikalahkan)," ujar pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, saat dihubungi Media Indonesia di Jakarta, Minggu (25/9).

Sebab, menurut Ikrar, soal tingkat kepercayaan ini lah yang membuat pasangan Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi Ramli (Nara) dapat dikalahkan oleh pasangan Joko Widodo (yang kini telah jadi Presiden RI) dan Ahok pada Pilkada 2012 lalu.

"Dulu, Foke-Nara dapat dikalahkan karena tingkat kepercayaan publiknya sekitar 30 persen. Sementara Ahok-Djarot sampai 60 persen. Kalau tidak bisa beri nilai lebih dengan kebijakan yang lebih baik, kemudian wacananya bisa dipatahkan dengan realitas di lapangan atau sudah dilakukan pemerintahan sebelumnya, agak sulit dongkrak suara," terangnya.

Meski demikian, kata Ikrar, bukan mustahil dua pasangan lainnya berusaha mengejar elektabilitas Ahok-Djarot. Namun, belum dapat dipastikan apakah yang terjadi seperti Pilkada DKI 2012 lalu dapat terulang di Pilkada 2017 mendatang.

Menurut Ikrar, lawan Ahok harus lah memiliki nilai lebih serta memberikan alternatif di luar kebijakan Ahok-Djarot.

"Asumsi saya tidak berubah, bahwa yang bisa mengalahkan petahana adalah orang-orang yang benar-benar petarung politik. Artinya, tidak mau kalah, usaha terus. Dia juga harus punya pengalaman politik, kalau bisa kombinasi di birokrasi pemerintahan dan daerah," paparnya.

Terlebih, sambung Ikrar, ada kekecewaan dari pemilih Islam dengan munculnya pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang menjadi penantang Ahok-Djarot. Menurutnya, bisa saja pemilih Islam tersebut menjadi golput atau justru berbalik arah ikut mendukung pasangan gubernur dan wakil gubernur petahana.

"Pilkada masih lima bulan lagi, kalau kampanye dengan wacana politik yang sama mungkin orang berpikir ngapain masih berwacana. Lebih baik memilih yang sudah terbukti dan melanjutkan pembangunan Jakarta yang lebih baik. Perlu diketahui, saya ini bukan timses (tim sukses)-nya Ahok, tapi seorang peneliti yang murni berbicara atas dasar hasil kajian politik. Ini perlu saya sampaikan," pungkasnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya