Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KEBIJAKAN tidak populer yang dilakukan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, seperti penggusuran, tidak memengaruhi tingkat keterpilihan (elektabilitas) sebagai calon DKI-1.
Buktinya, mantan Bupati Belitung Timur yang disapa Ahok itu masih menjadi kandidat terkuat Gubernur DKI periode 2017-2022.
Dalam survei lapangan yang dilakukan Poltracking Indonesia pada 6-9 September lalu, Ahok masih unggul dalam segi elektabilitas dengan persentase 40,77% jika dibanding Tri Rismaharini 13,85% atau Sandiaga Uno dengan 9,23% dan Anies Baswedan 8,92% dalam Pilkada 2017 mendatang.
Survei yang dilakukan dengan 400 responden dan tingkat kepercayaan 95% itu juga menunjukkan tingkat popularitas Ahok yang masih teratas dengan 92,56%, begitu pula dengan tingkat akseptabilitas (kesukaan) dengan 64%, sejajar dengan Risma.
"Kandidat terkuat pilkada DKI dari hasil survei ada 5 orang. Posisi pertama Basuki (Ahok), kedua Risma, lalu Sandiaga, Anies, dan kelima Yusril," ujar Direktur Eksekutif dan Riset Poltracking Indonesia Hanta Yuda dalam paparan survei Menakar Kandidat Kuat Gubernur DKI Jakarta 2017 di Jakarta, kemarin.
Masih kuatnya Ahok itu karena publik menilai kinerja Ahok cukup memuaskan dengan 68,72%.
Saat disimulasikan berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat, pasangan Ahok-Djarot mendapat persentase sekitar 40%.
Namun, Ahok-Djarot keok jika menandingi pasangan Risma-Sandiaga ataupun Risma-Anies.
Kesimpulan dari survei tersebut menyebutkan Risma menjadi penantang terkuat Ahok.
"Bahkan (Risma) berpotensi besar mengalahkan petahana," ucap Hanta.
Di tempat yang sama, Wakil Sekjen Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan Ahok masih berpotensi menang.
"Tingkat kepuasan publik terhadap Pak Ahok masih stabil. Artinya, publik Jakarta masih sangat puas terhadap kinerja Pak Ahok," tukasnya.
Namun, menurut politikus PDIP Masinton Pasaribu, elektabilitas Ahok tidak lebih dari 50%.
"Seharusnya elektabilitas petahana yang unggul dalam segala hal minimal mencapai 75%, seperti Risma di Surabaya dan Jokowi di Solo," ungkapnya. (Nyu/X-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved