Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SEBAGAI salah satu keresidenan VOC di zaman kolonial Belanda, Kota Depok, Jawa Barat, menyimpan banyak bangunan bersejarah. Di antaranya Gereja Protestan Indonesia Barat Imanuel (GPIBI), Sekolah Menengah Atas Kasih, Rumah Sakit Harapan, dan beberapa rumah tua, yang semuanya mencapai usia seratusan tahun.
Seluruh bangunan peninggalan Belada itu kini dirawat Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC), organisasi nirlaba yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan.
Menurut Ketua YLCC Valentino Jonathan, situs peninggalan VOC di Depok, baik makam, bangunan kuno, sekolah, maupun rumah sakit tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah.
“Selama ini perawatan sekolah, rumah sakit, dan makam dibiayai dari penghasilan rumah sakit dan sekolah. YLCC yang melakukan perawatan,” ujarnya.
Perawatan yang dilakukan YLCC itu sudah berjalan puluhan tahun. Karena itu, ia tak pernah berharap ada uluran tangan dari Pemerintah Kota Depok.
“Saya pernah ikut dalam musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) tingkat kelurahan, kecamatan, hingga tingkat kota, tapi memang tidak pernah ada usul pembiayaan perawatan tempat-tempat bersejarah. Karena itu, saya sekarang enggak pernah berharap lagi pada pemerintah,” ujarnya.
YLCC, lanjutnya, tidak pernah berkecil hati. Tanpa diberi bantuan pun oleh pemerintah, sekolah, rumah sakit, makam, dan beberapa bangunan peninggalan Belanda tetap bisa terawat dengan baik.
Sebelum hengkang dari Indonesia, sambung Valentino, pemerintah kolonial Belanda mewariskan Jembatan Panus dan juga 15 hektare tanah yang di atasnya berdiri Kantor YLCC, Gereja Protestan Indonesia Barat (BPIB) Imanuel, Sekolah Menengah Atas Kasih, Rumah Sakit Harapan, permakaman tentara Belanda, dan belasan rumah tua kepada pemerintah Indonesia. Semuanya terletak di Kelurahan Depok, Pancoran Mas.
“Kolonial Belanda mewariskan 15 hektare tanah ke YLCC berikut bangunan-bangunan dan makam untuk dirawat dan dipelihara. Belanda juga berpesan, warga Belanda yang dimakamkan di Depok untuk dirawat dengan baik. Seluruh peninggalan Belanda itu masih ada hingga sekarang dan kami rawat,” katanya.
Merawat bangunan peninggalan Belanda itu penting, ujar Valentino, untuk menunjukkan kepada generasi mendatang bahwa Depok dulunya kota interkultural. Berbagai etnik dan suku berinteraksi di kota itu, di antaranya Belanda, Tionghoa, Betawi, dan Sunda. (KG/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved