Gara-Gara Tergiur Segepok Uang, ABG Ini Terbujuk Rayu hingga ke Padang

Nicky Aulia Widadio
13/9/2016 19:58
Gara-Gara Tergiur Segepok Uang, ABG Ini Terbujuk Rayu hingga ke Padang
(Thinkstock)

UNDARI, 48, hanya bisa tertunduk lesu seusai kejadian yang menimpa anak perempuannya, SZ, 15. Ia tidak menyangka anak ketiganya itu sempat menjadi korban human trafficking selama beberapa hari.

Di sisi lain, tebersit pula rasa syukur karena anaknya yang baru gede (ABG) itu bisa diselamatkan dan kembali pulang ke rumah mereka di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan.

"Mungkin dia pengen pakaian indah dan HP mewah, diiming-imingi uang jadi mau," kata Undari.

Sebagai seorang kuli dengan penghasilan yang tidak menentu, keluarga Undari hidup serbakekurangan. SZ kini juga tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang SMA lantaran tidak ada biaya.

Namun, Undari tidak pernah menyangka keinginan untuk mendapatkan uang bisa membuat putrinya menghilang hingga ke provinsi lain.

"Alhamdulillah sekarang sudah pulang, kalau lebih lama, bisa saja mereka dibawa ke tempat lain yang lebih jauh kan," tukasnya.

SZ bersama dua gadis lainnya, DAA, 12, dan PRA, 18, sempat menjadi pendamping karaoke di sebuah kafe di Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat, selama empat hari. Mereka dibawa oleh tersangka I dan B dan ditugaskan menemani para tamu.

Selain itu, mereka juga bertugas mencuci piring di kafe serta mencuci baju milik B. Bahkan dalam sehari, mereka hanya diberi jatah makan satu kali, sehingga kadang harus mencuri makanan di kafe pada malam hari.

Semua berawal ketika SZ, bersama dua temannya yang juga merupakan warga Duren Tiga, DAA dan Virna, 15, sedang berkumpul pada Rabu (31/8) lalu di rumah DAA. Kemudian mereka bertemu dengan PRA yang kemudian mengajak mereka bertiga untuk pergi ke kawasan Kelapa Dua, bertemu dengan tersangka I.

"PRA bilang kalau kita ikut dia nanti pulangnya bawa uang segepok," kenang Virna.

Virna, yang merasa tidak yakin, memilih untuk pulang ke rumah, sementara ketiga rekannya dijemput menggunakan taksi ke arah Kelapa Dua, Jakarta Barat. "Perasaan aku nggak enak, makanya langsung pulang," jelasnya.

Virna mengaku mengetahui posisi ketiga temannya yang telah berada di Kabupaten Pasaman dari status Facebook DAA. "Dia update bilang 'Welcome Padang, bye Jakarta'. Pernah juga update bilang 'gue udah seneng di sini, nggak usah cari-cari gue deh'," kenang Virna.

Virna pun melaporkan hal tersebut kepada keluarga DAA yang kemudian melapor kepada pihak polisi. Pelacakan dilakukan, dan dari situ lah diketahui bahwa posisi ketiganya berada di sebuah tempat yang bahkan tidak pernah mereka dengar namanya, di Sumatra Barat sana.

"Saya dapat infonya mereka di Padang, tapi Padang yang mana, nggak tahu. Akhirnya dibantu lacak, dan ketahuan lah posisinya," ujar kakak dari DAA, Dinar Aviani, 22.

Dari info tersebut, pihak polisi melakukan penggerebekan terhadap kafe milik B. Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan terdapat dugaan bahwa tersangka I dan B telah lama melakukan praktik ini.

"Dari pengakuan korban, mereka pernah mendengar si tersangka ini sudah melakukan komunikasi untuk menambah lagi lima orang. Sehingga patut duga tersangka B ini memiliki jaringan," cetusnya.

Ketika dimintai keterangan, diketahui bahwa dari Kelapa Dua, ketiga gadis ini sempat dibawa ke sebuah bidan oleh I. Di sana PRA disuntik, sementara SZ dan DAA hanya diperiksa tensi darahnya.

"Ini sedang didalami, apa tujuannya membawa mereka ke bidan," ujar Kepala Bidang Sumber Daya Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Heni Hermanoe.

Begitu pula dengan jumlah uang yang diiming-imingi terhadap korban, yang hingga kini masih didalami oleh LPAI. Sebab, ketiga gadis ini, menurut Heni, tidak dalam keadaan tertekan.

"Mungkin mereka di satu sisi juga senang, karena kerjanya menurut mereka fun (senang-senang), dan dapat uang. Meskipun uang gaji mereka belum sempat dibayarkan karena keburu digerebek," jelasnya.

LPAI akan melakukan pendampingan secara psikologis terhadap ketiganya. "Mereka belum sempat terima gaji karena sudah keburu digrebek, masih kita dalami berapa uang yang ditawarkan ke mereka," jelasnya.

Ia menilai para orangtua dari ketiga anak ini terlalu permisif sehingga lalai mengawasi anak-anak mereka. Untuk itu, LPAI juga akan melakukan pendampingan kepada orangtua dari ketiganya.

"Buktinya, anak-anak ini sering sekali pulang malam, ada juga yang dari keluarga menengah ke bawah. Yang seperti ini sering kali jadi sasaran karena faktor ekonomi," tukasnya. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya