Dari Salon Esek-Esek Sampai Kafe Dangdut

DA
25/8/2016 05:30
Dari Salon Esek-Esek Sampai Kafe Dangdut
(MI/Galih Pradipta)

BERDIRI sejak tahun 1970, keberadaan Pasar Rumput, Jakarta Selatan, kondisinya kini kian memprihatinkan.

Keberadaan salon esek-esek seakan melengkapi suasana pasar yang sangat kumuh dengan hampir seluruh cat dinding terkelupas.

Ya, beberapa kios di lantai dua kini telah berganti rupa menjadi deretan salon.

Salon yang sejatinya sebagai tempat pangkas rambut dan perawatan wajah itu baru mulai beroperasi sore hari.

Di depan salon, sejumlah perempuan berpakaian minim menyapa setiap orang yang melintas.

Bahkan ada pula yang tanpa canggung langsung menarik lengan pengunjung untuk mampir ke salonnya.

"Ayo Mas masuk, enggak usah malu di sini," ucap seorang perempuan dengan nada manja.

Jika melongok ke dalam, kondisinya seperti salon pada umumnya.

Ada kursi pangkas rambut, lengkap dengan meja dan cermin rias.

Alat untuk cuci rambut pun tersedia.

"Mau potong rambut saja, Mas?" tanya perempuan itu sembari membuka sebuah gorden.

Di balik gorden itu ternyata ada sebuah kasur.

Ya, setiap salon tempat pangkas rambut di situ menyediakan kasur di dalamnya.

Yudi Wibowo, 36, warga asli Manggarai, Jakarta Selatan, menceritakan praktik salon esek-esek itu sudah berlangsung sejak lama.

"Itu prostitusi terselubung. Secara logika saja, mana laku usaha salon di sini, tempatnya saja kumuh dan gelap begini. Tapi lihat, salonnya banyak banget dan pengunjungnya juga banyak," ucapnya.

Salon-salon di lantai dua akan mulai menutup usaha sekitar pukul 21.00 WIB, tetapi bukan berarti kondisi pasar lantas sepi.

Mulai petang hingga menjelang pagi, giliran kafe-kafe dangdut yang ganti menghibur pengunjung yang datang.

Hiburan yang disajikan selain dentuman suara musik dangdut, minuman beralkohol, dan perempuan muda menjadi pelengkapnya. (DA/J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya