Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
BADAN Reserse Kriminal Mabes Polri kini tengah menyelidiki dugaan penipuan yang dilakukan tujuh agen penyalur yang memberangkatkan 177 warga negara Indonesia (WNI) calon jemaah haji ke Filipina. Tujuh agen itu diketahui tidak mengantungi izin resmi usaha penyalur jemaah haji.
"Bisa terkait dengan penipuan, kita akan lihat lebih jauh modusnya seperti apa, tujuan orang yang berangkat seperti apa," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar di Kantor Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (23/8).
Boy menduga, 177 WNI itu berangkat melalui jalur ilegal lantaran kuota haji Indonesia terbatas. Para pengurus agen travel kemudian mengiming-imingi para korban mereka untuk bisa berangkat haji lebih cepat menggunakan kuota Filipina. Sementara korban tergiur dengan tawaran tersebut tanpa mengetahui risiko hukumnya.
"Mereka (agen penyalur) diduga membujuk rayu korban untuk bisa berangkat haji dengan mereka," ucapnya.
Menurut Boy, saat ini penyidik tengah menyelidiki tujuh agen perjalanan tersebut yang tersebar di sejumlah daerah. Tujuh agensi itu ialah PT Taskiah, PT Aulad Amin, PT Aulad Amin Tours Makassar, Travel Shafwa Makassar, Travel Hade El Barde, KBIH Arafah, KBIH Arafah Pandaan.
Boy merinci, sekitar 70 orang diberangkatkan dari Sulawesi Utara, 17 orang dari Tangerang, 11 orang dari Jepara, 8 orang dari Jawa Timur, 9 orang dari Kalimantan Utara, 4 orang dari Jawa Barat, 2 orang dari Yogyakarta, 9 orang dari Jakarta, 1 orang dari Riau, 2 orang dari Jambi, dan 2 orang dari Kalimantan Timur.
"Nama travel yang tercatat memberangkatkan jemaah ke Filipina dalam upaya penyidikan. Satu per satu pengurusnya dapat diambil keterangan, termasuk periksa saksi yang mengetahui di masing-masing daerah," kata Boy.
Sebanyak 177 WNI ditahan di Kantor Imigrasi Filipina akibat memegang paspor haji palsu. Mereka diduga membayar US$6.000-US$1.000 untuk berhaji dari kuota cadangan yang diberikan pemerintah Arab Saudi kepada jemaah Filipina.
Para jemaah yang ditahan kebanyakan berasal dari Sulawesi Selatan. Hanya beberapa yang berasal dari Pulau Jawa.
Identitas WNI itu terungkap setelah didapati mereka tidak berbicara dengan dialek lokal, seperti Tagalog, Maranao, Cebuano, atau Maguindanao. Mereka hanya bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. (MTVN/OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved