Pelayanan Harus Dibenahi

Putri Anisa Yuliani
22/8/2016 10:15
Pelayanan Harus Dibenahi
(MI/Ramdani)

PARA pengguna kereta rel listrik (KRL) commuter line lingkar Jabodetabek bersiap dengan kenaikan tarif awal dari Rp2.000 per 25 kilometer pertama menjadi Rp3.000 per 25 kilometer pertama mulai 1 Oktober mendatang. Kebijakan itu tetap diberlakukan meski dikeluhkan sebagian besar pengguna.

Rencana penaikan tarif itu sudah ditandatangani mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dalam Peraturan Menteri Nomor 35 Tahun 2016 tentang Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi untuk Melaksanakan Kewajiban Pelayanan Publik.

Suherni, 27, warga Kota Bekasi yang menjadi pengguna KRL, menilai kebijakan tersebut memberatkan pengguna. Selama ini ia biasa mengisi saldo kartu mutitrip (KMT) sebesar Rp50 ribu untuk 25 kali perjalanan dari Stasiun Pondok Ranji ke Stasiun Gondangdia untuk menuju tempatnya bekerja di Jakarta Pusat. Sementara itu, jika tarifnya naik menjadi Rp3.000, dengan jumlah saldo yang sama ia hanya bisa melakukan 16 kali perjalanan. “Lumayan lo naik Rp1.000. Kalau bolak-balik sudah bisa untuk satu kali jalan,” ujarnya saat ditemui, akhir pekan lalu.

Apalagi, lanjut dia, kenaikan tersebut belum berbanding lurus dengan peningkatan fasilitas yang ada, misalnya saja di stasiun, kursi-kursi tunggu yang mirip tiang jemur­an tidak banyak bermanfaat bagi pengguna. “Apalagi kalau keretanya telat, capek kita. Di stasiun sudah berdiri lama, di kereta harus berdiri juga.”

Selain itu, jadwal perjalanan KRL pun masih sering terlambat dan antrean kereta menuju Stasiun Manggarai sering kali merepotkan para pengguna kereta terutama para pekerja yang mengejar ketepatan waktu untuk tiba di kantor. “Jadwal kereta berantakan. Belum lagi kereta jarak jauh yang sering melintas di relasi Bekasi membuat KRL sering tertahan dan membuat penumpukan penumpang di berbagai stasiun,” keluhnya.

Ia berharap manajemen PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) bisa memperbaiki layanan serta menambah rangkaian apabila belum bisa menambah jumlah perjalanan. Hal itu disebabkan pada relasi Bekasi masih banyak kereta dengan delapan rangkaian.

Pengguna KRL lainnya, Mega, 25, juga mengeluhkan minimnya fasilitas terutama di stasiun-stasiun. Ibu yang juga pekerja yang berkantor di Jalan MH Thamrin itu mengeluhkan fasilitas yang minim seperti kursi prioritas. “Keberatan bangetlah (tarif naik). Fasilitas begitu-begitu saja, tapi tarif mau naik,” ujarnya saat ditemui di Stasiun Sudirman.

Di sisi lain, Pati, 65, seorang pensiunan tenaga pengajar di universitas swasta di Ban­dung, berharap dengan kenaik­an tarif tersebut, PT KCJ bisa meningkatkan fasilitas seperti pembangunan Stasiun Manggarai dan perbaikan sarana stasiun. “Kalau tarifnya menurut saya untuk saat ini masih terjangkau meskipun ada kenaikan,” kata Pati.

Terus berbenah
Dalam menanggapi keluh­an tersebut, Direktur PT KCJ Muhammad Nurul Fadhila mengatakan pihaknya terus berupaya melakukan pembenahan.

Upaya tersebut dilakukan baik pada sistem ticketing maupun fisik. Hal itu bertujuan menjawab terus meningkatnya pengguna dan target jumlah penumpang 1,2 juta orang pada 2019.

“Pembangunan stasiun terus berjalan. Begitu pula dengan pembangunan rel ganda dan Stasiun Manggarai oleh Kementerian Perhubungan dan PT KAI,” jelas Muhammad Nurul. (J-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya