Mengurai Benang Kusut Manggarai

Deni Aryanto
27/7/2016 05:00
Mengurai Benang Kusut Manggarai
(ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA)

DI tengah meningkatnya animo masyarakat menggunakan kereta rel listrik (KRL), persoalan antrean dan penumpukan kereta yang akan masuk Stasiun Manggarai justru semakin kronis. Kondisinya terus berlarut seakan tanpa solusi.

Berdasarkan data Asosiasi Pengguna Kereta Api (Aspeka), penumpukan kereta paling parah terjadi di jalur Stasiun Manggarai-Sudirman. Alhasil, waktu tempuh dari Stasiun Tebet-Sudirman menjadi 35 menit, dari sebelumnya yang hanya cukup 12 menit jika tidak ada antrean.

“Pemerintah sedang bermain-main dengan kepercayaan masyarakat. Di saat publik mulai beralih dari kendaraan pribadi, masyarakat malah disuguhi layanan KRL yang makin buruk,” terang Ketua Aspeka Puput M Syafruddin dalam sebuah diskusi, beberapa waktu lalu.

Dari berbagai pengaduan yang diterimanya, jadwal karet dan la­manya waktu tempuh berada di urutan teratas. Publik sudah ti­dak percaya lagi akan ketepatan dan kecepatan yang dijanjikan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) selaku pengelola KRL.
“Tertahan setengah jam itu sangat berarti sekali buat pengguna. Semua masalah ini ada di Stasiun Maggarai yang menjadi titik temu dari semua jalur. Masalahnya sudah diketahui, tapi PT KAI dan KCJ tak pernah mau menyelesaikan,” ujar Puput.

Stasiun Manggarai merupakan titik temu dari semua kereta yang melayani rute Stasiun Bogor-Jakarta Kota, Bekasi-Jakarta Kota, dan Stasiun Bogor-Tanah Abang. Na­mun, sejak dibangun pemerintah kolonial Belanda pada 1918, lin­tasan rel di stasiun itu tak pernah ditambah. Akibatnya, ratusan perjalanan langsung tersendat begitu mau masuk Stasiun Manggarai karena harus bergantian.


Masalah klasik

Kepala Daerah Operasi (Daops) 1 PT KAI John Roberto mengutarakan pihaknya bukan tidak melakukan upaya dalam menyelesaikan masalah itu.

Sebagai contoh, sejalan dengan rencana PT KAI membangun dua jalur ganda (double-double track/DDT) Stasiun Manggarai-Cikarang, tempat parkir kereta (stabling) di Stasiun Manggarai akan dipindah ke Stasiun Tanah Abang dan Pasar Senen.
Setelah pemindahan, bekas tempat parkir kereta itu akan menjadi lintasan bagi kereta yang datang dari Jakarta Kota dan Tanah Abang menuju Bogor.

“Sebenarnya belum menyelesaikan masalah sepenuhnya, tapi itu sudah cukup membantu mengurai antrean. Antrean masuk Manggarai itu sudah terjadi sejak dulu karena kereta harus masuk bergantian. Jika frekuensi perjalanan meningkat, antrean pasti ikut bertambah,” papar John.

Dalam catatannya, ada peningkatan perjalanan KRL sebanyak 362% dalam empat tahun terakhir. Pada 2012, ada 194 perjalanan KRL per hari yang meningkat menjadi 898 perjalanan pada 2016. Selain itu, jumlah rangkaian kereta meningkat 226% pada rentang waktu 2012-2016, dari 23 rangkaian menjadi 75 rangkaian.

Jumlah penumpang juga terus bertambah setiap tahun. Pada 2012, jumlah penumpang setiap ha­rinya mencapai 366.358 dan saat ini sudah mencapai 780.330 pe­numpang.

Mantan Kepala Satuan Kerja Ja­bodetabek Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Pra­yudi menambahkan, berlarutnya pengembangan infrastruktur Stasiun Manggarai disebabkan selalu terbentur persoalan klasik, yakni pembebasan lahan.

“Lahan itu sulit sekali. Lahan bertahun-tahun tidak selesai jadi dana pembangunan tidak akan turun,” ucapnya. (J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya