Bermasalah di Indonesia, Ditangkap di Negeri Samba

Ard/Ami/T-1
11/7/2016 03:30
Bermasalah di Indonesia, Ditangkap di Negeri Samba
()

MARCIO Souza da Silva, 36, yang pernah malang melintang dalam persepakbolaan Indonesia diciduk polisi Brasil karena terlibat pengaturan skor pada 6 Juli 2016.

Mantan pemain Persib Bandung, Arema Indonesia, dan Perseman Manokwari itu ditangkap bersama tujuh orang lainnya.

Marcio dan rekannya, Carlos Henrique de Luna, 33, yang juga ikut tertangkap, dituduh bagian dari jaringan sindikat pengaturan skor yang melibatkan pemain, pelatih, agen, hingga presiden klub seri A2 (Campeonato Paulista) dan A3 (Championship) maupun kasta liga yang lebih rendah.

Kordinator Tim Investigasi Polisi Brasil dengan sandi Game Over, Kelly Cristina Sacchetto Cesar de Andrade, mengungkapkan sudah melakukan penyelidikan selama sembilan bulan sebelum menangkap kedelapan orang tersebut.

Da Silva dituduh menjadi pelaku dalam pengaturan skor bersama bandar judi di Indonesia, Malaysia, Tiongkok, serta sejumlah negara Asia lainnya.

"Kami menginvestigasi keberadaan sindikat ini yang banyak melakukan kegiatan di wilayah Sao Paulo dan Rio, juga sindikat tak dikenal dari Malaysia, Tiongkok, dan Indonesia," ucap De Andrade seperti dimuat surat kabar Brasil, Folha De S. Paulo.

De Andrade meyakini bukan hanya kompetisi Brasil yang dirusak sindikat bandar judi internasional melibatkan Da Silva, melainkan juga Indonesia, tempat sang pemain mencari nafkah selama delapan tahun.

Pemain yang naik daun bersama Persela Lamongan itu gantung sepatu setelah terakhir membela klub Trengganu di Malaysia pada 2014.

Menurut Direktur Hukum PSSI Aristo Pangaribuan, jaringan mafia pengaturan skor yang berafiliasi dengan Da Silva tercatat sebagai orang-orang lama dan mayoritas terjadi di liga-liga kecil.

"Memang biasa yang dimanipulasi liga-liga cacing. Di Indonesia itu enggak banyak, karena taruhannya sedikit," kilahnya, kemarin.

Meski demikian, Aristo sepakat penangkapan Da Silva membuktikan pengaturan skor di liga Indonesia masih terjadi.

"Saya pikir kita tunggu sejauh apa keterlibatan dia, utamanya di Indonesia. Ini bukti nyata memang match fixing (pengaturan skor) harus diperangi bersama oleh PSSI, penegak hukum, dan kepolisian. Kenapa saya katakan ini tugas bersama? Karena PSSI tidak bisa menjangkau orang-orang di luar sepak bola. Itu sudah perbuatan pidana, penegakan hukum yang harus berlaku," tandasnya.

Nama Da Silva cukup dikenal di kalangan pelatih Indonesia meski bukan dari sisi positifnya.

Mantan pelatih Persipur Purwodadi, Gunawan, mengaku mengenal Da Silva karena orangnya temperamental dan sering bersikap provokatif.

"Sikapnya itu yang membuat dia cukup menonjol dan mungkin cara itu pula yang membuatnya bisa masuk ke jaringan mafia pengaturan skor," cetusnya.

Da Silva pernah dianiaya rekan satu timnya di Perseman Manokwari berkaitan dengan tuduhan pengaturan skor.

Pemain Perseman terdiri dari John Pattikawa, Caitanus Ohoilucin, dan Valentino Telaubun memukulnya karena pemain asing dari 'Negeri Samba' itu memperlambat aliran bola pada laga play-off Liga Primer Indonesia.

Laga melawan Persepar Palangkaraya di Stadion Sultan Agung, Bantul, pada 21 Oktober 2013 itu berakhir dengan skor 4-2 untuk kemenangan lawan.

Perseman terlempar sehingga memicu kemarahan para pemain.

Da Silva pun melaporkan pengeroyokan dirinya ke Polres Bantul.

Buntut kasus tersebut, pada 29 Oktober 2013, Da Silva bersama istrinya, Rahmi Hafidania, juga mengadu ke Poltabes Bandung.

Ia meminta perlindungan karena mendapat ancaman pembunuhan dari seorang manajer klub atas kekalahan Perseman.

"Saya dikirimi SMS yang isinya berupa ancaman pembunuhan. Selain itu, saya akan dibuat cacat," ungkap Da Silva saat itu.

Kasus ancaman pembunuhan maupun penganiayaan terhadap Da Silva akhirnya diselesaikan secara damai.

Saat berkiprah di Indonesia, Da Silva kerap tersandung kasus pelanggaran disiplin.

Pada musim 2012, PT Liga Indonesia melarangnya berkiprah di pentas Divisi Utama karena berprilaku tidak terpuji di klub yang dibelanya.

Da Silva juga kerap terlibat keributan dengan pemain dan wasit.

Penyerang yang pernah berkiprah di Semen Padang itu mengakhiri kariernya di Indonesia pada musim 2013.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya