Atasi Sampah dengan Teknologi

Siswantini Suryandari
30/6/2016 05:10
Atasi Sampah dengan Teknologi
()

MASALAH sampah telah menjadi momok bagi setiap kota besar, termasuk di Jakarta sebagai ibu kota yang hingga kini belum mampu mengurangi sampah rumah tangga.

Volume sampah terus bertambah.

"Di Kota Jakarta, kami punya pasukan oranye. Mereka cepat membersihkan sampah dan mengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir sampah di Bantargebang. Setiap hari produksi sampah di Kota Jakarta per harinya 6.500 hingga 7.000 ton. Tapi, daya tampung sampah di TPA Bantargebang hanya 2.200 ton," kata Wakil Kepala Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta Ali Maulana Hakim saat menghadiri penandatanganan kesepakatan bersama antara PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dalam mendukung pengolahan sampah dengan teknologi modern di Jakarta, Selasa (28/6).

Penanganan sampah yang dianggap terbaik kerap dilakukan setiap pemimpin di Jakarta.

Bisa dibilang selalu ada political will dari Gubernur DKI Jakarta, pengusaha, warga DKI maupun dinas kebersihan untuk memikirkan masa depan sampah di Ibu Kota.

"Faktanya, Jakarta sudah darurat sampah. Maka sesuai keinginan Gubernur, bagaimana mengelola sampah dengan teknologi yang tepat. Bagaimana sampah yang menggunung itu bisa berkurang dengan cepat. Di sini perlunya teknologi untuk mengurangi sampah dengan cepat," ungkap Ali Maulana.

Dukungan Pemprov DKI Jakarta untuk menyelesaikan persoalan sampah Ibu Kota ditunjukkan dengan penerbitan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016 untuk mempercepat pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah atau PLTSa di tujuh kota besar, yakni DKI Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya dan Makassar.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kemudian menerjemahkan Perpres No 18 Tahun 2016 itu ke dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 50 Tahun 2016 tentang Pembangunan dan Pengoperasian Fasilitas Pengelola Sampah di Dalam Kota atau Intermediate Treatment Facility (ITF).

Dalam pelaksanaan kebijakannya, Gubernur DKI telah menugaskan PT Jakpro. Perusahaan BUMD Pemprov DKI itu diminta untuk merealisasikan pergub tersebut dalam waktu singkat.

Pergub itu baru sebulan lalu dikeluarkan, ungkap Satya Heragandhi, Direktur Utama PT Jakpro. Pihaknya kemudian menggandeng BPPT untuk mencari solusi pengelolaan terpadu sampah dan bernilai ekonomis.

"Tanpa ada woro-woro ke mana-mana termasuk media massa, sudah ada 96 proposal yang masuk untuk ikut terlibat dalam pembangunan ITF di DKI Jakarta dengan lelang terbuka. Pembangunan ITF ini akan dilakukan tiga sampai empat bulan mendatang," jelas Satya.

Pilihan Teknologi

Untuk memilih teknologi apa yang sesuai, Jakpro menggandeng BPPT yang telah memiliki kajian teknologi modern pengolahan sampah.

Saat menanggapi hal itu, Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Rudi Nugroho menjelaskan teknologi modern dalam pengolahan sampah di kota-kota maju menggunakan termal atau umum disebut teknologi insinerator.

"Teknologi ini dapat menghilangkan tumpukan sampah secara cepat dan tidak memerlukan lahan luas. Namun, tetap mengedepankan prinsip-prinsip teknologi ramah lingkungan," ujar Rudi.

Jepang, Jerman, Australia, dan Singapura merupakan negara-negara yang menggunakan teknologi insinerator untuk mengolah sampah.

"Sampah dibakar dalam sebuah tungku yang bersuhu 1.000 derajat. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk energi listrik," ujar Rudi.

Satu ITF mampu menampung 1.000 ton sampah. Untuk itu, di Jakarta dibutuhkan 7 ITF.

Namun, mengingat daya tampung Bantargebang 2.200 ton sampah, tiga ITF mampu membakar seluruh sampah di DKI Jakarta.

Selain itu, ada bonus energi listrik untuk 1.000 ton menghasilkan 15-20 Mw listrik, yang nantinya akan dijual ke PLN. (J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya