Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar berpesan pada masyarakat terutama generasi muda agar bersama-sama menghadapi ancaman bahaya terorisme yang menghalalkan kekerasan ekstrim. Ia menyampaikan bahwa semua elemen masyarakat harus senantiasa mengantisipasi dan mewaspadai jangan sampai ketentraman di dalam masyarakat bisa mengkhawatirkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal itu diungkapkan Boy Rafli sesuai menonton bareng film Sayap Sayap Patah bersama Pengurus Wilayah GP Ansor DKI Jakarta dan beberapa komponen masyarakat di Plaza Senayan, Jakarta, Sabtu (27/8) malam. Menurutnya, film yang yang diperankan antara lain oleh Nicholas Saputra dan Ariel Tatum itu sangat mengharukan. Penonton bisa menyaksikan bagaimana perjuangan aparat kepolisian dalam menangani tersangka kasus terorisme.
Baca juga: Wapres: Dosen Jadi Garda Terdepan Tangkal Radikalisme
"Senantiasa kita terus meningkatkan kewaspadaan kita, senantiasa juga kita terus melakukan langkah-langkah pencegahan jangan sampai paham terorisme berada dalam lingkup keluarga kita, tetangga kita dan masyarakat kita yang harus kita jaga bersama," tegasnya jenderal polisi bintang tiga itu.
"Untuk itu kita perlu meningkatkan kewaspadaan kita bersama dari ancaman paham terorisme yang jauh dari jati diri bangsa kita. Bangsa yang mengedepankan semangat persatuan, bangsa yang cinta damai dan bangsa yang penuh dengan semangat toleransi," imbuhnya.
Menyoal film itu sendiri, menurutnya bagus. "Ceritanya mengharukan, bagaimana pengorbanan dari petugas kita dalam melakukan penanganan para tersangka kasus terorisme. Dari peristiwa itu banyak juga pelajaran yang dapat kita semua ambil."
Baginya, karya itu banyak menyajikan hal-hal yang mendidik, bahwa pelaku terorisme itu menghalalkan kekerasan-kekerasan yang tentunya sangat membahayakan kehidupan masyarakat kita. "Bagi kita sebagai aparat agar senantiasa perlu meningkatkan terus kesiapsiagaan dalam rangka meningkatkan kondisi-kondisi yang sebagaimana digambarkan dalam film tersebut," ucapnya.
Pada kesempatan sama, praktisi hukum yang tergabung dalam Forum Advokat Peduli Pancasila Tito Pandjaitan mengapresiasi BNPT yang mengadakan acara nonton bareng. Ia pun menghimbau kepada semua lembaga untuk mengadakan nobar film itu agar semakin terbangun rasa nasionalisme terhadap bangsa ini.
"Saya mengapresiasi BNPT yang mengajak nonton bersama. Bagi saya bahkan jangan hanya BNPT saja, tapi wajib bagi setiap lembaga atau institusi pemerintahan untuk nonton film ini agar terbangun rasa nasionalisme dan rasa kepercayaan untuk menjaga marwah Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," ujar Tito.
"Saya sangat bersyukur mendapatkan kesempatan dari BNPT untuk nonton bareng dengan Pak Boy Rafli Amar. Dan diharapkan semua institusi negara diwajibkan nonton bareng di bioskop mumpung masih tayang," lanjutnya.
Ia menyatakan juga bahwa dari film itu penonton tergugah karena ternyata menjadi seorang abdi negara dalam hal ini polisi mempunyai beban berat. Di satu pihak harus berjuang untuk menjaga keamanan yang merupakan tugasnya sebagai kesatuan, tapi di lain pihak juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. "Itu sedih sekali, itu menjadi dilema ketika ia harus memilih antara menyelamatkan keluarga atau menjalankan tugaa sebagai polisi dalam hal ini Densus 88,"
Sementara, Habib Salim Jindan yang juga mengikuti nobar film itu menyampaikan pesan agar para mubaligh ikut berpartisipasi dalam mencegah menyebarnya paham terorisme. Karena mencegah lebih baik daripada memerangi dan menggebuk tidak bagus tapi merangkul lebih bagus. Apalagi korbannya adalah masyarakat.
"Maka dari itu saya meminta para dai-dai dan para muballigh, ajarkanlah agama dengan baik bukan menjadi provokator dan juga menjual beli agama untuk kepentingan khilafah, atau daulah," ujarnya. (RO/A-1)
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berupaya mencegah penyebaran paham radikal terorisme di kalangan mahasiswa.
Langkah ini dilakukan dengan menggelar pelatihan bagi dosen (Training of Trainers) Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
Keberadaan Museum Nasional Penanggulangan Terorisme ini dimaksudkan sebagai salah satu strategi penanggulangan terorisme.
Polisi Spanyol mengungkap jaringan propaganda yang menyerukan pengikutnya untuk menargetkan serangan ke pemai Real Madrid yang berlaga di Euro 2024.
Kepala BNPT Komjen Mohammed Rycko Amelza Dahniel mengatakan pagu anggaran BNPT 2025 yang telah ditetapkan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan 2024.
Dibutuhkan pendekatan secara holistik melalui pendekatan Pancasila, baik pendekatan secara ekonomi maupun sosial.
Tujuannya untuk membangun ketahanan keluarga terhadap berbagai ideologi yang tidak sesuai dengan kehidupan kita sebagai anak bangsa.
Perubahan dalam pola serangan teroris, yang kini lebih mengarah kepada radikalisasi generasi muda, perempuan, anak, dan remaja sebagai target utama
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved