Bertekuk Lutut di Bawah Paksaan Calo

Nicky Aulia Widadio
01/6/2016 08:55
Bertekuk Lutut di Bawah Paksaan Calo
(ANTARA/WIDODO S JUSUF)

TATAPAN tajam puluhan lelaki mengamati setiap calon penumpang yang hendak menggunakan bus antarkota di terminal lintasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Mereka yang mengaku sebagai karyawan dari perusahaan otobus (PO) itu berdiri bergerombol di sepanjang terminal bayangan itu. Begitu melihat ada calon penumpang, biasanya diidentifikasi dengan membawa tas besar, mereka langsung menyerbu. Seperti tak mau kehilangan mangsa, mereka berdiri mengelilingi calon penumpang itu supaya terkurung sehingga tak bisa ke mana-mana.

Mereka pun mulai menawarkan tiket dengan setengah memaksa. Alhasil, calon penumpang dibuat tak leluasa mencari kendaraan yang diinginkan. Tak sedikit yang akhirnya menuruti kemauan orang yang mengaku karyawan itu karena tak kuat diintimidasi.

"Saya beli tiket seharga Rp250 ribu untuk bus eksekutif ke Tulungagung, Jawa Timur. Saya enggak tahu ini kemahalan atau enggak, karena dipaksa-paksa, jadi saya ikhlaskan saja. Tapi kan enggak nyaman kalau mau beli tiket harus ditempel calo dulu," ujar Suryani, 45, salah seorang calon penumpang yang merasa diintimidasi gerombolan tersebut.

Berani menolak paksaan mereka? Siap-siap saja menerima makian dan omelan dari mulut mereka.

Begitulah pemandangan sehari-hari di terminal lintasan Lebak Bulus, terminal bayangan yang muncul lantaran Terminal Lebak Bulus tak lagi dioperasikan. Setidaknya ada 30 PO yang membuka kantor agen di situ. Sebagian besar PO tersebut melayani rute menuju ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Saya karyawan dari agen, bukan calo. Di sini enggak ada calo lagi," sangkal Wawan, salah satu laki-laki yang mengaku sebagai karyawan PO tersebut.

Saat diminta menunjukkan tanda pengenalnya, dengan setengah membentak, Wawan berkelit, "Sudahlah, saya ini karyawan resmi, bukan calo!

"Menurut karyawan dari salah satu agen PO Bus di Lebak Bulus, Yuni, orang yang menjajakan tiket, tapi tak mengenakan seragam sudah pasti calo. Ia mengakui PO yang beroperasi di Terminal Lebak Bulus banyak yang menggunakan jasa calo untuk menggaet penumpang.

"Kalau harganya sama, berarti calonya dapat komisi dari agen PO," ujar wanita yang telah bekerja di Lebak Bulus selama 10 tahun itu.

Meski mendatangkan pemasukan bagi perusahaannya, Yuni mengakui keberadaan para calo itu sesungguhnya meresahkan penumpang.

Jika calon penumpangnya perempuan, para calo itu tak segan menarik paksa tas bawaan mereka. Bahkan tak sedikit yang kurang ajar dengan menarik tangan atau merangkul pundak calon penumpang perempuan.

"Karyawan resmi ialah yang mengenakan seragam dari PO dan bertanda pengenal. Kepada penumpang, mereka juga tak mungkin memaksa, apalagi kurang ajar," tegas Yuni.

Kerjai penumpang

Para calo tersebut, lanjut Yuni, juga kerap mengerjai penumpang demi meraup untung. Misal, ketika seorang penumpang membeli tiket untuk kelas eksekutif, calo pun akan memberikan tiket untuk kelas AC patas kepada penumpang.

"Apalagi jelang lebaran nanti, calo-calo pasti akan bertambah di sini. Kalau sekarang ini, lebih banyak calonya ketimbang penumpang," ujar Yuni terkekeh-kekeh.

Ironisnya, tak jauh dari gerombolan calo itu, berdiri sebuah posko petugas dishub. Posisi posko tepat berada di jalur masuk bus sehingga para petugas di sana dengan leluasa dapat melihat aksi para calo itu tanpa berusaha menertibkannya.

Kepala Terminal Lebak Bulus, Simon Ginting, mengatakan status terminal yang belum permanen menjadi alasan sulitnya pengawasan terhadap kehadiran para calo tersebut. "Kalau sudah permanen, bisa kita pagari, calo dilarang masuk. Lagi pula namanya calo di setiap terminal pasti ada," kilahnya. (J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya