Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
DI antara sekian cerita yang dimainkan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih, hingga kini yang paling disukai penggemarnya ialah jenis cerita horor.
Hal itu terlihat dari jumlah penonton yang hadir setiap kali cerita horor dimainkan.
Menurut Ketua Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih sekaligus sutradara Imas Darsih, jumlah penonton saat kelompok itu mementaskan cerita horor berkisar 60 hingga 100 orang.
Angka itu terbilang tinggi, karena pada pertunjukan cerita nonhoror, rata-rata gedung berkapasitas 200 penonton itu hanya diisi 30 orang.
Penonton jenis cerita itu, ujarnya, bukan hanya dewasa, melainkan juga anak-anak.
"Sandiwara kami lebih melekat di masyarakat karena cerita horornya. Karena itu, kalau kami pentaskan cerita horor, penontonya lumayan banyak. Anak-anak malah sudah berjajar di depan lebih awal," katanya, beberapa waktu lalu.
Menyajikan suasana horor di pangung sandiwara, tambah Imas, bukan perkara mudah.
Bila film layar lebar dibantu berbagai efek dan permainan gambar, pada sandiwara, kehadiran properti menjadi pendukungnya.
"Kalau adengannya beranak dalam kubur, kami harus buat kuburan yang terbelah di pangung. Kalau ceritanya kuntilanak, selain kostumnya harus mirip kuntilanak, pemeran kuntilanak harus terbang pakai sling," katanya.
Di tengah totalitas dan loyalitas para pemain Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih yang tidak diragukan, mereka kerap diuji berbagai masalah.
Di tengah musim hujan dan banjir misalnya.
Ketika pementasan telah melalui latihan ketat dan dekorasi pangung telah disiapkan, ternyata hujan dan banjir membuat tidak ada seorang pun penonton yang datang.
Akhirnya, pertunjukan pun dibatalkan.
"Oleh karena itu, bila musim hujan tiba, kami tidak pentas beberapa pekan," ujar Imas.
Ia juga mengatakan, setiap pertunjukan berlangsung, para pemain bisa memperoleh 'uang lelah' dari penjualan tiket yang dibagi rata, di luar gaji.
Karena uang lelah yang tidak menentu itulah, sebagian pemain sandiwara punya pekerjaan sampingan, di antaranya bekerja kantoran, di hotel, membuka warung, hingga jadi tukang ojek.
Kondisi serupa juga dialami para pemain Wayang Orang Bharata.
Selain bantuan dari pemerintah yang sering kali tidak cukup untuk menutup biaya pementasan, mereka juga kerap hanya mendapatkan sedikit bagian dari penjualan tiket.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved