Ini Tiga Fokus Penting Jelang Pilkada DKI 2017

Damar Iradat
21/4/2016 07:13
Ini Tiga Fokus Penting Jelang Pilkada DKI 2017
(Gun Gun Heryanto -- MI/Susanto)

PENGAMAT komunikasi politik Gun Gun Heryanto menilai ada tiga fokus yang perlu diperhatikan menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017. Tiga hal tersebut yakni isu, skema koalisi, dan figur.

Menurut Gun Gun, soal isu akan dihembuskan jauh-jauh hari. Pasalnya, isu akan menjadi pertarungan opini, baik di media mainstream maupun sosial media.

Ia berharap, jelang Pilkada, isu yang dilemparkan ke publik lebih kepada program kerja. Pasalnya, jika memainkan isu yang mengarah ke suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) publik sudah tidak akan terpengaruh.

"(Isu SARA) dampaknya tidak terlalu besar. Di Jakarta, isu SARA itu tidak pernah signifikan hasilnya, jadi akan sia-sia," jelas Gun Gun dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (20/4).

Calon gubernur petahana, Basuki Tjahaja Purnama, saat ini masih dianggap sebagai calon kuat pemenang Pilkada DKI. Gun Gun memperkirakan, untuk menjegal pria yang akrab disapa Ahok itu. isu-isu SARA bisa saja masih banyak bertebaran.

Namun, para calon lawan Ahok jika ingin memenangi pertarungan bukan dengan menyerang isu-isu SARA. Namun, lebih kepada isu program apa yang gagal dijalankan Ahok selama menjabat sebagai orang nomor satu di Ibu Kota.

Poin kedua, lanjut Gun Gun adalah skema koalisi partai politik. Setelah Ahok memilih maju lewat jalur perseorangan, peta politik di DKI masih belum dapat terbaca jelas.

Gun Gun melihat, setelah Ahok memilih maju independen, ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi. Misal, PDI Perjuangan sebagai partai pemenang pemilu bisa saja mengusung bakal calon sendiri tanpa berkoalisi dengan parpol lainnya.

Kemudian, Partai Gerindra juga dianggap sebagai penantang serius dalam Pilkada DKI. Ia melihat, Gerindra memiliki potensi mengusung bakal calon, baik dari internal maupun luar partai.

"Potensi lain, dari poros keempat, yakni dari parpol papan tengah. Mereka bisa saja menawarkan diri untuk jadi bahan bargaining," paparnya.

Poin terakhir yakni soal figur itu sendiri. Menurutnya, hal ini masih jadi nilai lebih untuk Ahok, lantaran selama ini belum ada figur yang dinilai mampu bersaing dengan Ahok.

"Ini masih jadi masalah. Belum ada figur yang kompetitif. Karena proses kandidasi dan kemudian isu yang dibawa, tidak membuat bakal calon lain memiliki daya tawar di DKI," pungkas dia.

Jika merunut dari hasil survei Charta Politika, akhir Maret lalu, elektabilitas Ahok sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta masih tinggi. Pesaing Ahok di Pilkada nanti bisa dibilang tidak banyak.

Nama Yusril Ihza Mahendra yang digadang-gadang bakal menjadi lawan berat Ahok pada hasil survei itu terbilang kecil. Ahok masih memegang posisi pertama mencapai 51,8%, sementara Yusril menempati posisi kedua dengan angka 11%. (MTVN/OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya