Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
MESKI kemacetan meningkat di hampir semua jalan protokol karena uji coba penghapusan 3 in 1, terutama saat jam pulang kantor, masyarakat masih enggan beralih untuk menggunakan transportasi umum.
Penambahan 651 bus baru Trans-Jakarta belum mampu menarik minat masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi.
Alhasil, bus-bus baru itu banyak yang lengang.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Ellen Sophie Wulan Tangkudung menilai penambahan armada bus Trans-Jakarta itu tidak bisa serta-merta langsung mengalihkan masyarakat dari kendaraan pribadi.
"Mengajak masyarakat untuk beralih itu butuh waktu yang tidak sebentar. Apalagi ini tidak dibarengi dengan sosialisasi dari pemerintah. Belum lagi soal kesiapan infrastruktur bus. Lihat saja jalur bus Trans-Jakarta yang juga masih belum steril," ujar Ellen yang juga dosen ilmu transportasi Fakultas Teknik Universitas Indonesia, kemarin.
Dalam penilaiannya, penghapusan kebijakan 3 in 1 dan penambahan armada bus Trans-Jakarta itu dilakukan secara mendadak tanpa melalui kajian yang mendalam.
"Pastinya penghapusan 3 in 1 dan penambahan bus itu berkaitan. Akan tetapi, sosialisasi ke masyarakat yang masih sangat kurang," kata dia.
Apalagi, sambungnya, kualitas angkutan umum yang masih jauh dari rasa aman dan nyaman menjadi stigma di mata masyarakat.
"Mana mau masyarakat naik angkutan umum yang masih banyak copet? Masyarakat juga mana mau naik angkutan dengan rasa waswas karena kondisi kendaraan yang tidak laik jalan? Jadi dibutuhkan langkah dari pemerintah untuk menggeser anggapan bahwa transportasi massal masih belum layak," pungkasnya.
Berdasarkan pantauan sepanjang hari kemarin, sejumlah warga lebih memilih rela bermacet-macetan ketimbang naik angkutan umum.
Dewi, 36, lebih memilih membawa sendiri mobilnya dari apartemennya di Kelapa Gading, Jakarta Timur, menuju kantornya di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
"Ribet kalau naik angkutan umum. Soalnya enggak ada angkutan yang langsung dari apartemen saya ke kantor, jadi saya harus naik-turun dan gonta-ganti kendaraan. Kalau bawa mobil sendiri, lebih mudah dan nyaman. Enggak apa-apa deh kalau harus bermacet-macetan," ujarnya.
Begitu pun dengan Berta, 32, karyawan swasta di kawasan Muara Karang, Jakarta Utara, yang lebih memilih mengendarai sepeda motornya dari Klender, Jakarta Timur, ke kantornya.
Ia mengaku masih trauma karena pernah ditodong saat naik angkutan umum.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved