Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
AROMA laut plus bau amis hasil laut langsung menyergap ketika memasuki kawasan Pelabuhan Perikanan Muara Angke di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Di kawasan itu terdapat pelelangan ikan, terminal bus, pelabuhan perikanan, pelabuhan penumpang, hingga tempat menikmati masakan hasil laut berupa pondok makan dan restoran yang buka hingga dini hari.
Tidak mengherankan bila kawasan tersebut tidak pernah tidur dan selalu ramai oleh berbagai aktivitas.
Sejak Juli 2015 pelabuhan penumpang dan pelabuhan perikanan di kawasan tersebut dipisahkan, tidak lagi menyatu dan semrawut seperti sebelumnya.
Pelabuhan perikanan tetap menggunakan pelabuhan lama yang disebut sebagai Pelabuhan Perikanan Muara Angke, sedangkan pelabuhan untuk penumpang tujuan dan dari Kepulauan seribu menggunakan Pelabuhan Kali Adem yang berjarak hanya beberapa ratus meter dari pelabuhan perikanan.
Karena itu, penumpang bisa naik ke kapal melalui pelabuhan yang kondisinya jauh lebih bersih, tidak lagi terganggu oleh aktivitas bongkar muat ikan.
Mereka juga bisa memanfaatkan jasa kapal milik pemerintah maupun swasta yang lebih aman ketimbang mengandalkan kapal ojek yang juga beroperasi di pelabuhan tersebut.
Dengan membayar retribusi peron Rp2.000, setiap penumpang dapat menanti kapal di ruang tunggu yang terdapat di gedung dengan nyaman.
Pada hari biasa, sekitar 400-500 penumpang naik dan turun melalui pelabuhan tersebut.
"Pada long weekend dan cuaca ekstrem, jumlah penumpang menuju Kepulauan Seribu bisa mencapai 3.000. Tapi kalau dalam kondisi cuaca bagus, bisa mencapai 5.000 orang," kata Kepala Pelabuhan Kali Adem Joni Budhi, beberapa waktu lalu.
Pelabuhan Kali Adem dapat disandari 30 kapal ojek atau kapal kayu yang bergerak lamban serta kapal kerapu milik pemerintah yang berkapasitas 30 penumpang.
Setiap akhir pekan, sekitar 25-30 kapal melayani penumpang dari pelabuhan itu, sedangkan pada hari kerja paling banyak hanya 4 kapal yang beroperasi.
Secara fisik, Pelabuhan Kali Adem mampu memberikan pelayanan jauh lebih baik ketimbang pelabuhan perikanan.
Sayangnya, perairan di sekitar pelabuhan masih kurang dalam sehingga kapal-kapal berukuran besar tidak bisa merapat di sana.
Namun, menurut Joni, di waktu mendatang pemerintah akan mengeruk perairan di sekitar pelabuhan.
"Setelah dikeruk, kapal besar milik pemerintah seperti KM Sabuk Nusantara yang kini beroperasi ke Kepulauan Seribu melalui Pelabuhan Sunda Kelapa, mulai November mendatang akan melalui Kali Adem," terangnya.
Pelabuhan Kali Adem nyaman dan kini telah terintegrasi dengan bus Trans-Jakarta dari jurusan Monumen Nasional (Monas) dan Jakarta Kota.
Namun, jadwalnya masih terbatas, yakni hanya setiap pukul 07.00, 11.00, dan 14.00 WIB.
Terendam banjir
Rahman, 27, yang kerap berwisata ke Kepulauan Seribu, mengaku sangat dimudahkan dengan hadirnya Pelabuhan Kali Adem ketimbang melalui Pelabuhan Perikanan Muara Angke.
"Pelabuhan Muara Angke kondisinya kotor, banyak genangan air, bau karena bercampur dengan kapal ikan yang melakukan aktivitas bongkar muat," ujarnya.
Meski kondisi pelabuhan terbilang layak, akses untuk mencapainya sangat buruk.
Sekitar 1 kilometer menjelang pelabuhan ada beberapa ruas jalan yang selalu tergenang air hingga ketinggian 50 sentimeter.
Air yang menggenangi jalan berwarna kehitaman dan tidak pernah surut.
Genangan terjadi karena drainase yang mampat dan naiknya air laut ke daratan atau banjir rob. Di musim hujan, genangan air makin parah.
Itu pulalah yang membuat angkutan umum enggan mencapai pelabuhan, kecuali bus Trans-Jakarta. Pemilik angkutan umum khawatir kendaraan mereka rusak akibat terkena air mengandung garam itu.
Angkutan umum hanya melayani penumpang hingga sekitar Kantor Pemadam Kebakaran Muara Angke atau sebelum lokasi banjir. (J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved