Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PENGOPERASIAN bajaj berbahan bakar gas (BBG) di Jakarta beberapa tahun belakangan merupakan salah satu program pemerintah untuk mengonversi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ke BBG.
Karena itu, hampir di setiap sudut jalan Ibu Kota, bajaj berwarna biru itu menggusur kehadiran bajaj oranye atau 2 tak yang lebih dulu hadir.
Namun, bila diselisik lebih jauh, ternyata tidak sedikit bajaj biru yang semula dihadirkan menggunakan BBG, kini sudah dimodifikasi dan kembali memakai BBM.
Sekilas, bajaj biru pengguna BBG dan BBM sulit dibedakan, antara lain suara mesinnya tetap halus dan tangki BBM-nya tidak terlihat mencolok.
Para pemilik memang memodifikasi kendaraan itu dengan menempatkan tangki BBM jenis premium berbentuk kotak di samping pengemudi.
Sebagian lainnya menempatkan wadah BBM itu di bagian belakang.
Padahal, seharusnya bajaj biru menggunakan BBG yang disimpan dalam tangki di bawah jok penumpang bagian kanan.
Salah satu pengemudi bajaj biru yang kembali menggunakan BBM, Jiran, 38, mengatakan kendaraannya memang diberi tambahan tempat penyimpanan BBM.
Meski begitu, bajaj masih dapat beroperasi dengan BBG.
"Tempat bensin disimpan di belakang. Sebenarnya masih bisa pakai gas. Kalau kebetulan gasnya habis, tinggal pakai bensin," ujarnya saat dijumpai di depan Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Saat Media Indonesia mencoba menumpang kendaraan itu, ternyata bajaj yang dikemudian Jiran sulit dibedakan dengan yang menggunakan BBG.
Suara dan getaran yang ditimbulkan mesin juga tetap halus seperti bajaj ber-BBG.
Laki-laki yang telah 10 tahun jadi penarik babaj itu mengaku belakangan terpaksa kerap menggunakan BBM jenis premium atau bensin lantaran sering repot mendapatkan BBG karena jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) yang tersedia di Jakarta masih terbatas.
Setiap mengisi BBG, ia harus antre lama.
Selain itu, lokasi SPBG satu dengan lainnya jauh.
Namun, Jiran mengakui biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan bajaj menggunakan BBG dan BBM memang terpaut sekitar 40%.
Untuk pengoperasian bajaj setengah hari, bila mengunakan BBM biayanya mencapai Rp20 ribu, sedangkan menggunakan BBG hanya Rp12 ribu.
Meski demikian, ia cenderung memilih pakai premium karena bahan bakar itu mudah diperoleh.
Bahkan, ujarnya, premium bisa diperoleh tanpa harus ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) karena banyak yang dijual secara eceran oleh warga.
"Lebih mudah pakai BBM karena kalau kehabisan BBM di jalan, tinggal cari SPBU atau tukang bensin eceran," kata dia.
Lebih irit
Keluhan tentang masih jarangnya SPBG juga diungkapkan Diding, 40, pengemudi bajaj lainnya.
Ia mengaku sejak setahun lalu meminta pemilik bajaj untuk menyediakan jeriken BBM dalam kendaraan itu agar ia lebih mudah memperoleh bahan bakar saat mengoperasikan bajaj sewaannya.
Menurutnya, jika hanya bergantung pada BBG, justru merugikan pengemudi lantaran banyak waktu yang terbuang untuk mencari bahan bakar tersebut.
"Di sekitar sini (SPBG) kan cuma ada beberapa tempat, antara lain di Taman Kota (Jakarta Barat), Jalan Perintis Kemerdekaan, sama di Monas. Kalau memang harus isi gas, saya pilih agak jauh ke Jalan Perintis Kemerdekaan. Di SPBG Monas antreannya setiap hari panjang banget. Di Taman Kota sama Perintis Kemerdekaan antreannya agak lebih pendek," tuturnya.
Meski harus direpotkan untuk mendapatkan BBG, Diding tetap ingin mengoperasikan bajaj dengan BBG.
Karena itu, ia berharap pemerintah terus menambah jumlah SPBG.
Demikian halnya dengan Wahid, 45, pengemudi bajaj BBG yang sebelumnya sempat mengoperasikan bajaj 2 tak selama empat tahun.
Ia mengungkapkan, saat mengoperasikan bajaj 2 tak atau bajaj warna oranye, sedikitnya ia harus membeli bensin Rp100 ribu dalam sehari.
Namun setelah mengemudikan bajaj BBG, ia cukup mengeluarkan biaya Rp30 ribu. (J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved