Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PT PAM Lyonnaise Jaya atau Palyja mengeluhkan masih tingginya tingkat kehilangan air (non-revenue water/NRW) di Jakarta. Hampir 40% dari total air yang diproduksi dan didistribusikan Palyja, yakni 9.200 liter per detik, hilang dengan berbagai penyebab.
"Sepanjang 2015 NRW masih 39,3%, tapi kehilangan ini bukan karena pencurian air sebagai penyebab utamanya. Penyebab paling tinggi ialah kebocoran pipa distribusi. Di situ banyak air yang hilang," papar Kepala Divisi NRW dan Manajemen Aset PT PAM Lyonnaise Jaya, Nancy Manurung, dalam diskusi media, pekan lalu.
Dari catatan yang dipegangnya, pencurian air oleh warga justru menempati urutan kelima sebagai penyebab hilangnya air itu. "Jumlahnya hanya 5%. Jumlah warga yang mencuri air terus menurun."
Namun, penyebab tertinggi ialah kebocoran pipa distribusi yang mencapai 49% dari keseluruhan air yang hilang setiap harinya. Penyebab berikutnya ialah anomali meter atau kesalahan pengukuran pada alat meter air (11%) dan bocornya sambungan pipa di rumah-rumah warga (11%).
"Penyebab tinggi lainnya ialah kebocoran yang terjadi di pipa primer, yakni 9%. Memang pencurian air masih marak, tetapi tingkat kebocoran terbesar justru ada di pipa-pipa dan meter air yang sudah tidak akurat," kata Nancy.
Meskipun tingkat pencurian rendah, sambungnya, Palyja tetap tak mau memberikan ampun kepada warga yang kedapatan mencuri air. Pihaknya akan tetap menindak pencurian air.
Menurut Nancy, berbeda dengan faktor teknis yang bisa segera ditekan begitu akar masalahnya diperbaiki atau diganti dengan yang baru, pencurian air termasuk faktor yang sangat sulit diatasi.
Ia mengatakan umumnya pencurian air terjadi di wilayah padat penduduk dan dilakukan warga yang menghuni bangunan liar. Hal itu dapat dibuktikan dengan berkurangnya tingkat kehilangan air di suatu titik yang telah ditertibkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Meski rendah, sepanjang 2015 saja ada 2.614 kasus pencurian air. Angka itu sama tingginya dari tahun ke tahun," kata Nancy.
Namun, sambungnya, tidak tegasnya aparat hukum dalam menindak dinilainya sebagai salah satu faktor warga tidak kapok untuk mencuri air.
Teknologi baru
Selain kehilangan air yang masih tinggi, Palyja juga masih berkutat pada persoalan kekurangan air baku.
Saat ini kebutuhan air baku di Jakarta mencapai 26.100 liter per detik. Sementara itu, hasil produksi dari dua operator, yakni Palyja dan Aetra, hanya mampu menghasilkan 17.000 liter per detik, 8.800 liter per detik di antaranya dihasilkan Palyja.
Untuk mengatasi hal itu, Direktur Operasi Pelayanan Palyja Irma Gusyani mendorong adanya efisiensi yang terjadi pada tahap pengolahan di instalasi pengolahan air (IPA).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pelayanan Pelanggan Palyja, Budi Susilo, menuturkan pihaknya saat ini sedang mengembangkan teknologi moving bed biological reactor (MBBR) di tahap prapengolahan kanal banjir.
Teknologi itu memanfaatkan bakteri untuk memakan zat amonia yang terkandung di dalam air sungai.
Tujuannya ialah mengurangi tingkat pencemaran air sebelum pengolahan agar proses pengolahan semakin singkat dan air yang terbuang bisa diminimalkan.
"MBBR kita ada yang di Kanal Banjir Timur (KBT) dan IPA Cilandak. Itu sangat membantu karena memang di setiap tahap pengolahan air selalu ada air yang akan terbuang. Nah, teknologi itu cukup berhasil untuk mengefisiensi air yang terbuang," terangnya. (J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved