Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Produksi Listrik dari Sampah Dimulai

MI
26/3/2019 10:30
Produksi Listrik dari Sampah Dimulai
Pekerja memeriksa mesin Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi(MI/ROMMY PUJIANTO)

Teknologi mulai diterapkan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi. Di tempat pembuangan akhir sampah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu dioperasikan pembangkit listrik tenaga sampah, kemarin.

Pembangkit itu diproyeksikan mampu mengolah 100 ton sampah per hari untuk menghasilkan 700 kilowatt/hour listrik. "Yang kita pikirkan saat ini ialah bagaimana Indonesia bersih dari sampah. Teknologi ini bisa diterapkan di wilayah lain," tutur Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir.

Ia menambahkan pembangkit dengan ukuran yang sama bisa digunakan untuk kota-kota kecil dan sedang. Piranti yang sama, ke depan, diharapkan bisa mengolah 200 ton sampah menjadi listrik.

Pembangkit di Bantargebang, lanjut dia, akan menjadi percontohan bagi daerah lain. Pengoperasiannya diharapkan bisa mengurangi persoalan sampah di setiap wilayah.

Pada kesempatan yang sama Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Hammam Riza menambahkan, pro-yek percontohan ini menjadi sarana riset dalam pengelolaan sampah, khususnya teknologi thermal. Hal ini dibutuhkan untuk pengembangan desain peralatan yang tepat guna, dengan komponen lokal yang tinggi.

"Pembangkit buatan tim BPPT ini dibangun selama satu tahun. Dia menjadi PLTSa pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi termal," tambah Hammam.

Baca juga: Pemkot Tangerang Rapikan Bantaran Sungai

Untuk saat ini, pengoperasian pembangkit itu belum berdampak besar bagi keberlangsungan TPST Bantargebang. Seperti diungkapkan Kepala UPT Bantargebang Asep Kuswanto, pembakaran 100 ton sampah tidak berdampak signifikan karena sampah warga Jakarta yang dibuang mencapai 7.500 ton per hari.

"Masih terlalu kecil. Keber-adaannya tidak mampu memperpanjang usia Bantargebang," tambah Asep.

Karena itu, lanjutnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap fokus untuk membangun intermediate treatment facility (ITF) di dalam Kota Jakarta. Sarana inilah yang nantinya akan mengurangi tumpukan sampah di TPST Bantargebang secara signifikan.

"Fokus kami tetap membangun ITF di beberapa lokasi. ITF secara bertahap akan mengurangi gunungan sampah yang ada," lanjutnya.

Selain itu, kata dia, pihaknya tengah bekerja sama dengan salah satu perusahaan swasta untuk melakukan landfill mining atau penambangan sampah lama. Sampah tersebut nantinya akan dijual untuk digunakan sebagai bahan bakar di pabrik pembuatan semen.

Asep mengatakan kerja sama dengan pabrik semen itu bisa mengurangi volume sampah sebanyak 1.000 ton per hari. Dengan pengurangan itu, kapasitas TPST Bantargebang bisa diperpanjang.

Saat ini, kapasitas TPST Bantargebang hanya tinggal 10 juta ton. Karena tidak memiliki sistem pengolahan yang memadai, Bantargebang diperkirakan hanya bisa beroperasi hingga 2021. (Gan/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya