Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

H-4 Lebaran, Kulit Ketupat Mulai Diburu

Akmal Fauzi
12/6/2018 17:45
H-4 Lebaran, Kulit Ketupat Mulai Diburu
(ANTARA)

DETIK-detik menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri, para pengrajin kulit ketupat mulai dibanjiri order.

Pedagang di sepanjang Jalan Palmerah Barat, Jakarta Barat, misalnya. Pesanan tak henti-hentinya datang jelang lebaran yang tinggal empat hari lagi.

Arip, 31, pedagang daun ketupat musiman di lokasi tersebut, mengatakan, sejak Senin (11/6) pagi berdagang, sudah puluhan ribu kulit ketupat dijualnya.

Harganya pun bervariasi. Sepuluh buah kulit ketupat dijual seharga Rp5.000. Dalam sehari, ratusan bahkan ribuan kulit ketupat laku terjual.

"Soal keuntungan, tinggal ditotalkan saja. Kalau seribu kulit ketupat bisa terjual, keuntungan bisa mencapai Rp500 ribu sehari. Dan kalau mendekati lebaran seperti H-2 atau H-1, permintaan bisa naik dua atau tiga kali lipat. Keuntungan bisa jutaan rupiah di hari itu," jelasnya Arip.

Kondisi tersebut menjadi berkah tersendiri baginya. Setiap tahun, keuntungan berlimpah selalu didapatkannya dari berjualan kulit ketupat.

Rencananya, lanjut Arip, dia akan berjualan sampai H+3. Setelah itu, dia kembali ke rumah untuk merayakan lebaran bersama keluarga tercinta.

Diki, 32, pedagang lainnya, mengaku bisa meraup omzet hingga Rp5 juta sejak membuka lapak dagangan H-3 lebaran hingga malam takbiran.

"Kalau ditotal sih, bisa sampai Rp5 juta. Itu paling mentok," ujar Diki

Ia menjelakan, sejak menggelar lapak mulai H-3 lebaran, ia bisa mengantongi omzet sedikitnya Rp1 juta per hari. Sedangkan saat H-1 lebaran, seperti tahun-tahun sebelumnya, Diki berharap bisa meraup Rp2 juta sampai Rp3 juta sehari.

Modal berdagang kulit ketupat tidak seberapa besar. Untuk memulai usaha musiman itu, Diki mengeluarkan Rp800 ribu untuk membeli janur sebagai bahan baku kulit ketupat. Dengan modal sebesar itu, ia membeli 4 ribu helai janur yang siap untuk dianyam menjadi kulit ketupat.

Sudah langka
Di kesempatan berbeda, Kepala Suku Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan (KUMKMP) Jakarta Barat Nuraini Silviana mengatakan, di Jakarta Barat pengrajin janur dan kulit ketupat sudah sulit ditemukan. Jumlahnya bahkan sudah bisa dihitung jari.

"Karena itu perlu pembinaan terhadap para pedagang supaya usaha rumahan itu tetap lestari," ujarnya.

Ia mengaku saat ini pihaknya belum dapat membina para pedagang kulit ketupat tersebut. Alasannya simpel, para pedagang kulit ketupat itu disebutnya melanggar aturan karena berdagang di trotoar.

"Kami hanya bisa membina pedagang yang berjualan di lokasi binaan atau lokasi sementara yang disiapkan Pemprov DKI Jakarta. Selain di dua wilayah itu, kami tidak punya wewenang, apalagi yang berjualan sampai di pinggir jalan. Pihak yang punya wewenang di situ adalah kelurahan dan kecamatan setempat," ucap Nuraini.

Terkait dengan hal tersebut, koordinasi dengan instansi setempat segera dilakukan. Dalam hal itu, dirinya telah mempunyai konsep untuk memperdayakan para pembuat janur dan kulit ketupat itu.

Salah satunya adalah dengan memusatkan perdagangan kulit ketupat di  satu lokasi, seperti halnya pasar bunga di Rawa Belong. Dengan cara  tersebut, para pengrajin dan pedagang akan mendapat pembinaan dari pemerintah. (A-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya