Wali Kota Bekasi Desak Pegawai Botak tanpa Pengecualian

13/6/2017 11:30
Wali Kota Bekasi Desak Pegawai Botak tanpa Pengecualian
(MI/GANA BUANA)

PULUHAN pegawai pria di lingkungan Pemerintahan Kota Bekasi dipisahbariskan saat apel pagi. Mereka yang dipisahbariskan ialah pegawai yang belum menggunduli kepala sesuai dengan nazar bersama.

Sesuai dengan komitmen bersama, bila Pemkot Bekasi mendapatkan predikat opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Provinsi Jawa Barat, para pegawai pria sepakat plontos tanpa pengecualian.

Pemkot Bekasi diganjar WTP pada bulan lalu. Diawali Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi yang menggunduli kepalanya, para kepala dinas pun mengikuti dan secara berantai menjalar ke pegawai pria lainnya.

Ternyata dalam apel kemarin terungkap sejumlah pegawai pria belum juga melaksanakan komitmen bersama itu.

Pegawai yang dipisahkan mayoritas berasal dari dinas perhubungan dan satuan polisi pamong praja.

Di tengah pemanggilan nama-nama pegawai, Rahmat Effendi memanggil kepala dinas yang menaungi para pegawai tersebut untuk ikut ke dalam barisan 'pembangkang'.

Wali Kota mempertanyakan solidaritas para pegawai yang telah berkomitmen menggunduli kepala bersama ribuan pegawai lain.

"Apakah karena kepala dinasnya tidak tegas sehingga perilaku anak buahnya seperti ini?" tanyanya.

Rahmat mengungkapkan pihaknya telah mengingatkan hal tersebut melalui kepala dinas beberapa hari sebelumnya. Ternyata masih ada juga yang tetap membandel.

Plontos, sambungnya, bukan paksaaan, melainkan langkah mendoktrin pegawai dalam membangun soliditas antarunit kerja.

"Rasa kepemilikan dalam berorganisasi sangat penting. Bayangkan bila tidak kompak begini, kalau jadi tentara (dalam perang), sudah meninggal dunia semua ini," selorohnya.

Dalam menanggapi peringatan dari Wali Kota Bekasi, Kepala Dinas Perhubungan Yayan Yuliana, yang anak buahnya paling banyak membangkang, menyatakan telah berulang kali mengingatkan anak buah agar ikut menggunduli rambut mereka.
Pesan disampaikan langsung dalam bentuk lisan dan tulisan.

"Jajaran kami memang paling banyak (14 orang) yang tidak mencukur rambut. Mereka tidak mengikuti arahan pimpinan."

Pada kesempatan itu, Yayan kembali meminta ke-14 anak buahnya menggunduli rambut.

Patuh tidaknya mereka akan diketahui saat apel pada Sabtu (17/6).

Jika mereka masih membangkang, sanksi yang diberikan masih dalam bentuk teguran dan push up seperti apel kemarin. (Gan/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya