1 Jam saja, Biarkan Mereka Berdagang Sebelum...

Sri Utami/J-4
31/5/2017 08:00
1 Jam saja, Biarkan Mereka Berdagang Sebelum...
(Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) berjualan di trotoar Jalan Jati Baru, kawasan Tanah Abang, Jakarta. -- MI/Arya Manggala)

“SILAKAN dipilih baju Lebarannya, Bu. Ada baju model baru, cantik-cantik. Murah saja silakan pilih mumpung tanggal muda,” begitulah terdengar rayuan-rayuan para pedagang pakaian di jalur pejalan kaki di sekitar kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Hendi, 39, ialah salah satu pedagang pakaian yang tengah melancarkan rayuan ketika melihat serombongan ibu melintas. Ia saut-bersaut dengan beberapa pedagang lainnya.

Sudah sejak sebulan lalu jalur pejalan kaki di depan Stasiun Tanah Abang itu kembali disesaki para pedagang. Jalur yang baru saja diperbaiki dan diperlebar itu hanya menyisakan ruas tidak sampai 1 meter untuk pejalan kaki lewat. Itu pun saling silang di tengah lapak para pedagang pakaian.

“Tumben, Bang, tidak teriak. Biasanya pakai toa (pengerah suara),” ujar salah satu perempuan paruh baya yang tengah memilah baju dagangan Hendi yang digantung berjajar.

Tidak seperti biasa, Hendi memang menahan hasrat berteriak. Usut punya usut, ada rasa segan terhadap Satuan Polisi Pamong Praja yang memantau ratusan pedagang di sana. “Tunggu petugasnya pergi dulu baru bisa bebas kami berdagang,” ujar Hendi kepada calon pembeli barang dagangannya itu.

Puluhan petugas Satpol PP memang tampak bersiaga di dekat para pedagang. Namun, tak terlihat aksi mereka menertibkan kegiatan jual beli di sana.

“Memang tidak boleh mereka berdagang di sini, tapi kami kasih waktu 1 jam saja berdagang. Ini saja mereka baru buka semua. Pagi tadi sih tidak ada,” ujar Samiri, salah seorang petugas Satpol PP.

Dia berdalih petugas tidak bisa berbuat banyak melawan pedagang yang tetap membandel. Samiri juga mengaku, berjaga ataupun menertibkan, semua dilakukan berdasarkan perintah atasan mereka.

“Kami hanya menjalankan perintah. Kalau diminta tertibkan, baru kami tertibkan,” imbuhnya seraya tertawa kecil.

Oon, 38, pedagang baju dan aksesori yang juga menggelar lapak di sana, mengungkapkan kekesalannya. Menurutnya, petugas Satpol PP kerap menarik iuran bulanan kepada para pedagang dengan cara bersekongkol dengan RT atau RW setempat.

“Kami dimintai iuran per bulan Rp100 ribu agar aman. Kalau tidak mau diminta pergi. Kenyataannya sudah bayar masih digusur juga,” tuturnya.

Lain lagi dengan pengakuan Muhammad Sodiq, 44. Pedagang perlengkapan ponsel itu mengungkapkan tidak kapok berjualan di sana meski sudah beberapa kali dirazia petugas. “Ya kalau mau dikatakan salah, ya saya salah berdagang di sini. Tapi mau bagaimana lagi namanya cari nafkah,” tuturnya lirih.

Berani mengambil pilihan itu, ujarnya, bukan tanpa sebab. Ada waktu-waktu ketika petugas membiarkan mereka berdagang di sana. “Lagi pula kalau petugasnya cuma duduk saja seperti itu berarti aman. Saya bisa berdagang di sini,” ujar Sodiq. (Sri Utami/J-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya