Ngabuburit Penuh Tawa dengan Legenda Rakyat yang Gaul

Nic/J-4
29/5/2017 07:58
Ngabuburit Penuh Tawa dengan Legenda Rakyat yang Gaul
(ANTARA FOTO/Agus Bebeng)

DAYANG Sumbi tampak risau. Semestinya ia bisa menenun kain untuk diberikan kepada kedua orangtuanya, Sang Raja dan Ratu di Bumi Parahyangan. Sayang, alat tenun satu-satunya yang ia miliki justru hilang. Ia pun tidak kuasa mencarinya hingga terucaplah sebuah janji.

“Kalau ada yang menemukan alat tenunku, jika dia perempuan, akan kujadikan saudara, tapi kalau dia lelaki, akan kujadikan suami,” kata Dayang Sumbi.

Kisah berlanjut, anjing peliharaan Dayang Sumbi yang bernama Tumanglah yang akhirnya berhasil membawa kembali alat tenun itu. Mau tak mau, Dayang Sumbi menikahi Tumang meski dengan berat hati. Lahirlah anak mereka, Jaka Sona (Sangkuriang).

Suatu waktu, Dayang Sumbi mengusir Sangkuriang karena suatu sebab. Keputusan yang kemudian ia sesali. Setelah Sangkuriang pergi, ia pun merindukannya. Lantaran ingin bertemu buah hatinya itu, Sumbi meminta pertolongan dewa-dewi.

Sebuah ide muncul, bagaimana jika Dayang Sumbi diberi ramuan agar awet muda, punya waktu lebih panjang untuk bertemu dengan anaknya. Dewa-dewi meramu cairan khusus. Lalu diminumkan kepada Dayang Sumbi.

Alih-alih menjadi awet muda, Dayang Sumbi malah berubah wujud, mengundang gelak tawa. Dayang Sumbi yang semula diperankan Maria Selena, berganti diperankan aktor pria yang jenaka.

“Ya maaf harusnya ramuannya dicampur madu, tapi malah kecampur semut rangrang,” kata Dewa-dewi yang ngeloyor kembali ke kayangan, menggunakan ojek online.

Akhir cerita, seperti di kisah aslinya, Sangkuriang pun jatuh cinta pada ibunya sendiri dan bertepuk sebelah tangan. Sebab, ia tidak bisa memenuhi syarat yang diberikan Dayang Sumbi, yakni membendung Sungai Citarum dan membangun sebuah perahu.

Riuh tepuk tangan penonton memenuhi auditorium. Para pemain berjejer masih dengan kostum khas Sunda mereka sembari mengucapkan hatur nuhun (terima kasih).

Demikian kisah Sangkuriang yang ditampilkan Kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih berkolaborasi dengan Puteri Indonesia 2011 Maria Selena di Galeri Indonesia Kaya, kemarin sore.

Cerita cinta terlarang Dayang Sumbi dan Sangkuriang yang kompleks dikemas dengan ringan dan menghibur sekaligus dengan sentuhan masa kini.

Salah satu penikmat pentas, Fikri Muhammad, 24, sore itu datang ke pertunjukan untuk mengisi waktu menjelang acara buka bersama dengan teman-temannya. Sore itu memori masa kecilnya terbangkitkan. Mendengar cerita rakyat yang sebenarnya tidak lagi asing di telinga. Bumbu komedinya pun menjadi penyegar sehingga terasa muda.

“Satu setengah jam yang menghibur. Cocok untuk ngabuburit, ringan,” tuturnya.

Setiap Sabtu dan Minggu sore, Galeri Indonesia Kaya menggelar pentas teater yang terbuka untuk umum dan gratis. Sepanjang Mei, tema yang diangkat ialah kisah dari Indonesia Barat. Sementara itu, pada Juli mendatang Galeri Indonesia Kaya akan mengangkat tema mengenai anak.

“Kolaborasi kami bersama Maria Selena kali ini membuahkan skenario yang berangkat dari cerita rakyat Jawa Barat yang telah dikenal, yaitu Sangkuriang,” kata Sutradara Teater Miss Tjitjih, Imas Darsih.

Ini kali kelima Kelompok Sandiwara yang telah eksis sejak 1928 ini tampil di GIK. Karena sadar eksistensinya makin tergeser oleh waktu, Imas berupaya menampilkan candaan-candaan yang enggak basi.

Ada Dewa-dewi kayangan yang naik ojek online. Atau Sangkuriang--diperankan Dadang Badut--yang meniru gaya berbicara muda-mudi di Ibu Kota saat ini. Hal sederhana itu ternyata disambut dengan antusias penonton.

“Tanpa mengurangi ciri khas kami yaitu sandiwara Sunda, kami berusaha membawakan warna baru yang dibumbui komedi. Mau tidak mau harus menyesuaikan dengan zaman,” kata Imas.

Seusai pertunjukan, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian menilai cerita Sangkuriang yang tidak asing di Indonesia nyatanya masih memiliki daya tarik ketika dikemas dengan segar.

“Hari ini, Miss Tjitjih bersama Maria Selena hadir untuk membangkitkan kembali daya tarik dalam cerita rakyat dengan sentuhan komedi khas Sunda yang menghibur tanpa mengurangi makna cerita tersebut,” kata Renita. (Nic/J-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya